Arsip Kategori: KAUM SYIAH

MEMBERI KELAPANGAN UNTUK KELUARGA DI HARI ASYURA

image

Pertanyaan:
Tersebar anggapan di masyarakat adanya anjuran untuk memberi kelapangan kepada keluarga di hari Asyura. Bentuknya bisa memberi pakaian baru, makanan enak dan semacamnya. Apakah anjuran ini benar? Adakah dalilnya?
Abu Ahmad (XXXXXXXXX@yahoo.com)

Jawaban:

Terkait hari asyura, ada dua kelompok yang sesat:

pertama, kelompok Syiah. Mereka menjadikan hari asyura sebagai hari berkabung dan bela sungkawa, mengenang kematian sahabat Husain. Mereka lampiaskan kesedihan di hari itu dengan memukul-mukul dan melukai badan sendiri.
Kedua, rival dari kelompok Syiah, merekalah An-Nashibah, kelompok yang sangat membenci ahli bait Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Merekalah orang Khawarij, dan kelompok menyimpang dari bani umayah, yang memberontak pada pemerintahan Ali bin Abi Thalib, memproklamirkan menjadi musuh Syiah Rafidhah. Mereka memiliki prinsip mengambil sikap yang bertolak belakang dengan Syi’ah.

Syaikhul Islam Ibn taimiyah mengatakan,
Dulu di Kufah terdapat kelompok Syiah, yang mengkultuskan Husain. Pemimpin mereka adalah Al-Mukhtar bin Ubaid Ats-Tsaqafi Al-Kadzab (Sang pendusta). Ada juga kelompok An-Nashibah (penentang), yang membenci Ali bin Abi Thalib dan keturunannya. Salah satu pemuka kelompok An-nashibah adalah Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi. Dan terdapat hadis yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda,

سيكون في ثقيف كذاب ومبير

“Akan ada seorang pendusta dan seorang perusak dari bani Tsaqif.” (HR. Muslim)

Si pendusta adalah Al-Mukhtar bin Ubaid – gembong Syiah – sedangkan si perusak adalah Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi. Orang Syiah menampakkan kesedihan di hari Asyura, sementara orang Khawarij menampakkan kegembiraan. Bid’ah gembira berasal dari manusia pengekor kebatilan karena benci Husain radliallahu ‘anhu, sementara bid’ah gembira berasal dari pengekor kebatilan karena cinta Husain. Dan semuanya adalah bid’ah yang sesat. Tidak ada satupun ulama besar empat madzhab yang menganjurkan untuk mengikuti salah satunya. Demikian pula tidak ada dalil syar’i yang menganjurkan melakukan hal tersebut. (Minhaj as-Sunnah an-Nabawiyah, 4/555)

Orang-orang Khawarij, serta mereka yang menjadi rival bagi sikap Syiah, untuk mewujudkan prinsipnya di masyarakat, mereka menyebarkan berbagai macam hadis palsu. Diantaranya adalah hadis yang menyatakan,

من وسع على نفسه وأهله يوم عاشوراء وسع الله عليه سائر سنته

“Siapa yang memberi kelonggaran kepada dirinya dan keluarganya pada hari Asyura, maka Allah akan memberi kelonggaran rizki kepadanya sepanjang tahun.”

Hadis ini diriwayatkan Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman, Ibnu Abdil Bar dalam Al-Istidzkar.

Hadis ini diperselisihkan keabsahannya oleh para ulama. Sebagian menilai hasan li ghairih (berderajat hasan karena beberapa jalur sanad yang saling menguatkan). Ini sebagaimana keterangan As-Sakhawi, dimana beliau menyatakan,
“Sanad-sanad hadis ini, meskipun semuanya dhaif, hanya saja jika semuanya digabungkan maka akan menjadi kuat.” (Al-Maqasidul Hasanah, 225)

Keterangan As-Sakhawi ini dikomentari Al-Albani sebagai kesalahpahaman. Al-Albani mengatakan,
“Ini adalah pendapat Sakhawi, dan saya tidak menganggapnya benar. Karena syarat menguatkan hadis dengan menggunakan banyak jalur adalah tidak adanya perawi yang matruk (ditinggalkan) atau perawi tertuduh. Sementara hal itu tidak ada dalam hadis ini.” (Tamam Al-Minnah, 410)

Dalam Silsilah Ahadits Ad-Dhaifah, al-Albani menyebutkan berbagai jalur hadis ini dan semuanya tidak lepas dari perawi dhaif.
Kemudian, diantara para ulama yang mendhaifkan hadis ini adalah:

Imam Ahmad bin hambal. Salah satu muridnya, yang bernama Harb pernah bertanya kepada beliau tentang hadis memberi kelonggaran kepada keluarga ketika Asyura, kemudian beliau tidak menganggapnya sebagai hadis. Maksud Imam Ahmad, sebagaimana yang dijelaskan Ibnu Rajab, bahwa tidak ada riwayat yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Lathaiful Ma’arif, 54)
Syaikhul Islam Ibnu taimiyah. Dalam Majmu’Fatawa beliau menegaskan bahwa hadis ini palsu. (Majmu’ Al-Fatawa, 25/313)
Ibn Rajab al Hambali. Beliau menegaskan dalam Lathaif, “Hadis ini diriwayatkan dari banyak jalur, tidak ada satupun yang shahih.” (Lathaiful Ma’arif, 54)
Muhadditsul Ashr, Syaikh Al-Albani. Beliau memasukkan hadis ini dalam Al-Siilsilah Ahadits Dhaifah, no. 6824.
Dengan memperhatikan pernyataan para ulama pakar hadis, dapat kita simpulkan bahwa hadis yang menyebutkan keutamaan memberi kelonggaran kepada keluarga pada hari Asyura adalah tidak berdasar. Bahkan Syaikh Abdul Qadir Al-Arnauth mengatakan bahwa hadis tentang anjuran memberi kelapangan bagi keluarga ketika Asyura adalah hadis buatan orang yang membenci Ahlu bait Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, untuk menunjukkan kegembiraan atas wafatnya Husain bin Ali bin Abi Thalib radliallahu ‘anhuma.
Allahu a’lam.

Dijawab Oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi Syariah)
Artikel http://www.KonsultasiSyariah.com

HAKIKAT AJARAN SYI’AH (2)

image

  1. Orang Syiah Rafidhah Tidak Menggunakan Riwayat Ahlussunnah

Dengan kata lain, Syiah tidak menggunakan hadis-hadis Ahlussunnah –yang merupakan referensi kedua setelah Alquran– dalam membangun agama mereka. Ini merupakan konsekuensi yang timbul dari poin kedua karena mereka mengafirkan para sahabat yang menjadi periwayat as-sunnah/al-hadis. Ini adalah satu kenyataan yang tidak akan ditolak kecuali mereka yang (maaf) bodoh terhadap agama Syiah dengan kebodohan yang teramat sangat, atau mereka yang sedang menjalankan strategi taqiyyah. Mungkinkah mereka (Syiah) akan mengambil riwayat dari orang yang telah mereka katakan murtad (sahabat nabi) dari agamanya?!

Syiah mempunyai sumber-sumber hadis tersendiri seperti Al-Kaafi, Man La Yahdhuruh Al-Faqih, Tahdzib Al-Ahkam, Al-Istibshar, dan yang lainnya.

Jika mereka mengambil referensi ahlussunnah, maka itu hanyalah mereka lakukan ketika berbicara kepada Ahlussunnah, dan mereka ambil yang kira-kira dapat mendukung akidah mereka atau menghembuskan syubhat-syubhat kepada Ahlussunnah.

Mau dikemanakan sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam,

أوصيكم بتقوى الله والسمع والطاعة وإن عبد حبشي فإنه من يعش منكم يرى اختلافا كثيرا وإياكم ومحدثات الأمور فإنها ضلالة فمن أدرك ذلك منكم فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين عضوا عليها بالنواجذ

“Aku nasihatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat walaupun (yang memerintah kalian) seorang budak Habsyi. Orang yang hidup di antara kalian (sepeninggalku nanti) akan menjumpai banyak perselisihan. Waspadailah hal-hal yang baru, karena semua itu adalah kesesatan. Barangsiapa yang menjumpainya, maka wajib bagi kalian untuk berpegang teguh kepada sunahku dan sunah Al-Khulafa Ar-Rasyidin yang mendapatkan petunjuk. Gigitlah ia erat-erat dengan gigi geraham.” (HR. Ahmad 4:126-127, Abu Dawud, no.4607, dan yang lainnya; shahih)?

  1. Orang Syiah telah berbuat ghuluw (melampaui batas) terhadap imam-imam mereka, dan bahkan sampai pada tingkat ‘menuhankan’ mereka.

Al-Kulaini membuat bab dalam kitab Al-Kaafi:

بَابُ أَنَّ الْأَئِمَّةَ ( عليهم السلام ) إِذَا شَاءُوا أَنْ يَعْلَمُوا عُلِّمُوا

“Bab: Bahwasannya para imam (‘alaihissalam) apabila ingin mengetahui, maka mereka akan mengetahui.”

Terdapat tiga hadis/riwayat. Saya sebutkan satu di antaranya:

عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ ( عليه السلام ) قَالَ إِنَّ الْإِمَامَ إِذَا شَاءَ أَنْ يَعْلَمَ أُعْلِمَ

Dari Abu Abdillah (‘alaihissalam), ia berkata, “Sesungguhnya seorang imam jika ia ingin mengetahui, maka ia akan mengetahui.” (Al-Kaafi, 1:258).

Inilah riwayat dusta yang disandarkan kepada ahlul bait – dan ahlul bait berlepas diri dari riwayat dusta tersebut.

Bab yang lain dalam kitab Al-Kaafi:

بَابُ أَنَّ الْأَئِمَّةَ ( عليهم السلام ) يَعْلَمُونَ عِلْمَ مَا كَانَ وَ مَا يَكُونُ وَ أَنَّهُ لَا يَخْفَى عَلَيْهِمُ الشَّيْ‏ءُ صَلَوَاتُ اللَّهِ عَلَيْهِمْ

“Bab: Bahwasannya para imam (‘alaihissalam) mengetahui ilmu yang telah terjadi maupun yang sedang terjadi. Tidak ada sesuatu pun yang luput dari mereka shalawatullah ‘alaihim.”

Pada bab ini terdapat enam hadis/riwayat, yang salah satunya adalah sebagai berikut:

عَنْ سَيْفٍ التَّمَّارِ قَالَ كُنَّا مَعَ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ ( عليه السلام )…… فَقَالَ وَ رَبِّ الْكَعْبَةِ وَ رَبِّ الْبَنِيَّةِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ لَوْ كُنْتُ بَيْنَ مُوسَى وَ الْخَضِرِ لَأَخْبَرْتُهُمَا أَنِّي أَعْلَمُ مِنْهُمَا وَ لَأَنْبَأْتُهُمَا بِمَا لَيْسَ فِي أَيْدِيهِمَا لِأَنَّ مُوسَى وَ الْخَضِرَ ( عليه السلام ) أُعْطِيَا عِلْمَ مَا كَانَ وَ لَمْ يُعْطَيَا عِلْمَ مَا يَكُونُ وَ مَا هُوَ كَائِنٌ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ وَ قَدْ وَرِثْنَاهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ ( صلى الله عليه وآله ) وِرَاثَةً

Dari Saif At-Tammar, ia berkata, “Kami pernah bersama Abu Ja’far (‘alaihissalam), …..kemudian ia berkata, ‘Demi Rab Ka’bah dan Rab Baniyyah –tiga kali-, seandainya aku berada di antara Musa dan Khidlir, akan aku kabarkan kepada mereka berdua bahwasannya aku lebih mengetahui daripada mereka berdua. Dan akan aku beritahukan kepada mereka berdua sesuatu yang tidak mereka ketahui. Karena Musa dan Khidlir (‘alaihimassalam) diberikan ilmu tentang apa yang telah terjadi, namun tidak diberikan ilmu mengenai yang sedang terjadi dan akan terjadi hingga hari kiamat. Dan sungguh kami telah mewarisi pengetahuan ini dari Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam) dengan satu warisan.” (Al-Kaafi, 1:260-261).

Perhatikan penjelasan Dr. Al-Qazwini berikut:

Ia (Dr. Al-Qazwiini) pada menit 0:44–0:53 mengatakan, “Allah Ta’ala Maha Mengetahui segala isi hati. Dan imam dalam riwayat ini juga mengetahui segala isi hati. Ilmu imam berasal dari Allah….. [selesai].

Dimanakah posisi firman Allah Ta’ala,

قُلْ لا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ أَتَّبِعُ إِلا مَا يُوحَى إِلَيَّ

“Katakanlah: Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku.” (QS. Al-An’aam: 50)?

Dan kalaupun Allah memberikan sebagian kabar gaib –baik yang telah lalu maupun yang kemudian– kepada para hamba-Nya dari kalangan manusia, maka itu Allah Ta’ala berikan kepada para Nabi dan Rasul-Nya,

وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُطْلِعَكُمْ عَلَى الْغَيْبِ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَجْتَبِي مِنْ رُسُلِهِ مَنْ يَشَاءُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ

“Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. Karena itu berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya.” (QS. Ali ‘Imran: 179).

Tidak ada dalam ayat di atas kata ‘imam’, akan tetapi menyebut kata ‘rasul’.[3]

Orang Syiah mengatakan bahwa imam lebih tinggi kedudukannya dari para Nabi (selain Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam).

Ayatullah Al-Udhmaa Ar-Ruhani –semoga Allah mengembalikannya kepada kebenaran– pernah ditanya sebagai berikut,

هل تعتقدون أن علياً كرم الله وجهه أفضل من الأنبياء؟

“Apakah engkau meyakini bahwasannya Ali karamallaahu wajhah lebih utama daripada para Nabi?”

Ia (Ar-Ruhani) menjawab,

اسمه جلت اسمائه

هذا من الامور القطعية الواضحة

“Dengan menyebut nama-Nya yang Maha Agung,…. Ini termasuk perkara-perkara yang pasti lagi jelas (yaitu Ali lebih utama daripada para Nabi)” (sumber: http://www.alrad.net/hiwar/olama/rohani/r16.htm).[4]

Bahkan seandainya seluruh Nabi berkumpul, niscaya mereka tidak akan mampu berkhutbah menandingi khutbah Ali radhiallaahu ‘anhu. Ini dikatakan oleh salah seorang ulama Syiah yang sangat tersohor Sayyid Kamal Al-Haidari:

Dasar riwayatnya (bahwa Ali lebih utama dibandingkan para Nabi, selain Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam)

Bukankah ini merupakan penghinaan terhadap para Nabi dan para rasul? Apakah mereka sama sekali tidak menganggap firman Allah Ta’ala,

تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ مِنْهُمْ مَنْ كَلَّمَ اللَّهُ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ دَرَجَاتٍ

“Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat.” (QS. Al-Baqarah: 253)?

Pelampauan keutamaan sebagian Rasul (termasuk Nabi) hanya dilakukan oleh sebagian (Rasul) yang lain. Allah tidak mengatakan bahwa pelampauan itu dilakukan oleh orang yang bukan Nabi atau Rasul.

Artikel http://www.KonsultasiSyariah.com

HAKIKAT AJARAN SYI’AH (1)

image

Kasus pertikaian antara kelompok Sunni (Ahlussunnah wal Jama’ah) dan Syiah di Kabupaten Sampang, Madura, menjadi topik pembicaraan hangat tingkat nasional beberapa hari ini. Para tokoh-tokoh yang berafiliasi dengan kedua kelompok pun diundang ke stasiun-stasiun TV nasional sebagai narasumber. Rakyat dari berbagai kalangan pun turut memperhatikan berita ini, sebagian mereka berselancar di dunia maya bertanya kepada “mbah google” untuk mendapatkan informasi yang mereka inginkan.

Namun bagi beberapa kalangan informasi itu masih terasa bias dan sulit ditangkap, siapa sebenarnya pihak yang salah. Apakah ajaran Syiah benar-benar menyimpang? Lalu sejauh mana penyimpangannya? Ataukah Syiah hanya sekedar sebagai mahdzab alternatif dari empat mahdzab yang terkenal di kalangan Sunni.

Kali ini Konsultasi Syariah sengaja mengangkat tema yang panas ini, tetapi bukan untuk disikapi dengan emosional apalagi anarkis, hal ini semata-mata agar pembaca dapat mengambil sikap dan menilai sendiri. Kami berusaha mengangkat tema ini sebagai salah satu rujukan bagi pembaca sekalian di antara simpang siurnya informasi yang beredar di media nasional tentang hakikat ajaran Syiah. Kami berusaha semaksimal mungkin untuk berbuat adil dan menyampaikan fakta-fakta yang ada tanpa rekayasa atau sentimen sektarian. Mudah-mudahan bermanfaat.

Ajaran Syiah merupakan ajaran yang sangat tua sekali umurnya. Ajaran ini telah muncul di masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib. Namun cukup mengherankan, data-data mengenai ajaran Syiah sangat sulit diperoleh oleh sebagian pihak karena sifatnya yang tertutup. Kita sangat jarang menemui buku-buku induk ajaran Syiah yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia agar dapat ditelaah oleh orang awam sekali pun. Demikian juga tokoh-tokoh Syiah di negeri ini, mereka lebih senang menyebarkan paham Syiah mereka dengan bertamengkan Ahlussunnah wal Jamaah, agar mudah diterima. Bagaimana sebenarnya akidah dari kelompok ini, sampai sebegitu tertutupnya mereka. Berikut ini akidah-akidah Syiah:

  1. Orang Syiah Rafidhah mengatakan Alquran yang ada di tangan kaum muslimin (baca: Ahlussunnah) berbeda dengan Alquran versi ahlul bait.
    Muhammad bin Murtadha Al-Kasyi –seseorang yang dianggap berilmu dan ahli hadis dari kalangan Syiah- mengatakan,

لم يبق لنا اعتماد على شيء من القران. اذ على هذا يحتمل كل اية منه أن يكون محرفاً ومغيراً ويكون على خلاف ما أنزل الله فلم يقب لنا في القران حجة أصلا فتنتفى فائدته وفائدة الأمر باتباعه والوصية بالتمسك به

“Tidaklah tersisa bagi kami untuk berpegang pada satu ayat pun dari Alquran. Hal ini disebabkan setiap ayat telah terjadi pengubahan sehingga berlawanan dengan yang diturunkan Allah. Dan tidaklah tersisa dari Alquran satu ayat pun sebagai argumentasi. Maka tidak ada lagi faedahnya, dan faedah untuk menyuruh dan berwasiat untuk mengikuti dan berpegang dengan Alquran ….” (Tafsir Ash-Shaafi, 1:33)

Muhammad bin Ya’qub Al-Kulaini –seorang yang dianggap ahli hadis dari kalangan Syiah– (w. 328/329 H) mengatakan,

عن أبي بصير عن أبي عبد الله عليه السلام قال : وَ إِنَّ عِنْدَنَا لَمُصْحَفَ فَاطِمَةَ ( عليها السلام ) وَ مَا يُدْرِيهِمْ مَا مُصْحَفُ فَاطِمَةَ ( عليها السلام ) قَالَ قُلْتُ وَ مَا مُصْحَفُ فَاطِمَةَ ( عليها السلام ) قَالَ مُصْحَفٌ فِيهِ مِثْلُ قُرْآنِكُمْ هَذَا ثَلَاثَ مَرَّاتٍ وَ اللَّهِ مَا فِيهِ مِنْ قُرْآنِكُمْ حَرْفٌ وَاحِدٌ قَالَ قُلْتُ هَذَا وَ اللَّهِ الْعِلْمُ

Dari Abu Bashir, dari Abu Abdillah ‘alaihissalam ia berkata, “Sesungguhnya pada kami terdapat Mushhaf Fathimah ‘alaihassalam. Dan tidaklah mereka mengetahui apa itu Mushaf Fathimah.” Aku berkata, “Apakah itu Mushhaf Fathimah?” Abu Abdillah menjawab, “Mushhaf Fathimah itu, tiga kali lebih besar daripada Alquran kalian. Demi Allah, tidak ada di dalamnya satu huruf pun dari Alquran kalian.” Aku berkata, “Demi Allah, ini adalah ilmu.” (Al-Kaafi, 1:239).

عَنْ هِشَامِ بْنِ سَالِمٍ عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ ( عليه السلام ) قَالَ إِنَّ الْقُرْآنَ الَّذِي جَاءَ بِهِ جَبْرَئِيلُ ( عليه السلام ) إِلَى مُحَمَّدٍ ( صلى الله عليه وآله ) سَبْعَةَ عَشَرَ أَلْفَ آيَةٍ

Dari Hisyam bin Salim, dari Abu Abdillah ‘alaihissalam ia berkata, “Sesungguhnya Alquran yang diturunkan melalui perantaraan Jibril ‘alaihissalam kepada Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam terdiri dari 17.000 (tujuh belas ribu) ayat.” (Al-Kaafi, 2:634). Maksudnya teks Alquran sekarang banyak ayat-ayat yang dihapus oleh para sahabat, sehingga jumlah ayatnya hanya 6000an.

Muhammad Baqir Taqi bin Maqshud Al-Majlisi (w. 1111 H) ketika mengomentari hadis di atas,

موثق، وفي بعض النسخ عن هشام بن سالم موضع هارون ابن سالم، فالخبر صحيح ولا يخفى أن هذا الخبر وكثير من الأخبار في هذا الباب متواترة معنى، وطرح جميعها يوجب رفع الاعتماد عن الأخبار رأسا، بل ظني أن الأخبار في هذا الباب لا يقصر عن أخبار الامامة فكيف يثبتونها بالخبر ؟

”Shahih. Dalam sebagian naskah tertulis, ”Dari Hisyaam bin Salim” pada tempat rawi yang bernama Harun bin Saalim. Maka kabar/riwayat ini shahih dan tidak tersembunyi lagi bahwasannya riwayat ini dan banyak lagi yang lainnya dalam bab ini telah mencapai derajat mutawatir secara makna. Menolak keseluruhan riwayat ini (yang berbicara tentang perubahan Alquran) berkonsekuensi menolak semua riwayat (yang berasal dari ahlul bait). Aku kira, riwayat-riwayat dalam bab ini tidaklah lebih sedikit dibandingkan riwayat-riwayat tentang imamah. Nah, bagaimana masalah imamah itu bisa ditetapkan melalui riwayat? (Mir’atu Al-‘Uquul fii Syarhi Akhbari Alir-Rasul, 12:525).

Kemudian,…. inilah hal yang membuktikan validitas keyakinan Syiah bahwasanya Alquran sekarang telah berubah:

Di atas adalah perkataan Dr. Al-Qazwini, salah seorang ulama kontemporer Syiah yang cukup terkenal. Menurutnya firman Allah Ta’ala,

إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى آدَمَ وَنُوحًا وَآلَ إِبْرَاهِيمَ وَآلَ عِمْرَانَ عَلَى الْعَالَمِينَ

“Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim, dan keluarga Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing).” (QS. Ali ‘Imran: 33).
Menurutnya, yang benar adalah

إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى آدَمَ وَنُوحًا وَآلَ إِبْرَاهِيمَ وَآلَ عِمْرَانَ وَآلَ مُحَمَّدٍ عَلَى الْعَالَمِينَ

“Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim, keluarga Imran, dan keluarga Muhammad melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing).”
Tambahan kalimat keluarga Muhammad ini dihilangkan oleh para sahabat radhiallahu ‘anhum –(dan ini adalah kedustaan yang sangat nyata!!).[1]

Lantas mau dikemanakan firman Allah Ta’ala,

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-Hijr: 9) ?

  1. Orang Syiah Rafidhah telah mengafirkan para sahabat, terutama Abu Bakr Ash-Shiddiq dan Umar bin Al-Khaththab radhiallahu ‘anhuma.
    Orang Syiah telah mendoakan laknat atas Abu Bakr dan Umar radhiallahu ‘anhuma – yang naasnya, doa itu dinisbatkan secara dusta kepada ‘Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu[2] – sebagai berikut,

اللهم صل على محمد، وآل محمد، اللهم العن صنمي قريش، وجبتيهما، وطاغوتيهما، وإفكيهما، وابنتيهما، اللذين خالفا أمرك، وأنكروا وحيك، وجحدوا إنعامك، وعصيا رسولك، وقلبا دينك، وحرّفا كتابك…..

“Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad. Ya Allah, laknat bagi dua berhala Quraisy (Abu Bakr dan Umar pen.), Jibt dan Thaghut, kawan-kawan, serta putra-putri mereka berdua. Mereka berdua telah membangkang perintah-Mu, mengingkari wahyu-Mu, menolak kenikmatan-Mu, mendurhakai Rasul-Mu, menjungkir-balikkan agama-Mu, merubah kitab-Mu…..dst.”

Saksikan video berikut, bagaimana ulama Syiah, Yasir Habiib, melaknat Abu Bakr, Umar, dan para shahabat lain radhiallahu ‘anhum dalam shalatnya:

Dan mari kita lihat sumber ajaran Syiah dalam kitab mereka yang mengafirkan para sahabat,

عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ ( عليه السلام ) قَالَ كَانَ النَّاسُ أَهْلَ رِدَّةٍ بَعْدَ النَّبِيِّ ( صلى الله عليه وآله ) إِلَّا ثَلَاثَةً فَقُلْتُ وَ مَنِ الثَّلَاثَةُ فَقَالَ الْمِقْدَادُ بْنُ الْأَسْوَدِ وَ أَبُو ذَرٍّ الْغِفَارِيُّ وَ سَلْمَانُ الْفَارِسِيُّ رَحْمَةُ اللَّهِ وَ بَرَكَاتُهُ عَلَيْهِمْ

Dari Abu Ja’far ‘alaihis-salam, ia berkata, “Orang-orang (yaitu para shahabat pen.) menjadi murtad sepeninggal Nabi shallallaahu ‘alaihi wa alihi wa sallam kecuali tiga orang.” Aku (perawi) berkata, “Siapakah tiga orang tersebut?” Abu Ja’far menjawab, “Al-Miqdad, Abu Dzar Al-Ghiffari, dan Salman Al-Farisiy rahimahullah wa barakatuhu ‘alaihim…” (Al-Kaafi, 8:245; Al-Majlisi berkata, “hasan atau muwatstsaq”).

عَنْ أَبِي عبد الله عليه السلام قال: …….والله هلكوا إلا ثلاثة نفر: سلمان الفارسي، وأبو ذر، والمقداد ولحقهم عمار، وأبو ساسان الانصاري، وحذيفة، وأبو عمرة فصاروا سبعة

Dari Abu Abdillah ‘alaihissalam, ia berkata, “…….Demi Allah, mereka (para sahabat) telah binasa kecuali tiga orang: Salman Al-Farisiy, Abu Dzar, dan Al-Miqdad. Dan kemudian menyusul mereka ‘Ammar, Abu Sasan, Hudzaifah, dan Abu Amarah sehingga jumlah mereka menjadi tujuh orang.” (Al-Ikhtishash oleh Al-Mufiid, Hal.5, lihat: http://www.al-shia.org/html/ara/books/lib-hadis/ekhtesas/a1.html).

عَنْ أَبِي بَصِيرٍ عَنْ أَحَدِهِمَا عليهما السلامقَالَ إِنَّ أَهْلَ مَكَّةَ لَيَكْفُرُونَ بِاللَّهِ جَهْرَةً وَ إِنَّ أَهْلَ الْمَدِينَةِ أَخْبَثُ مِنْ أَهْلِ مَكَّةَ أَخْبَثُ مِنْهُمْ سَبْعِينَ ضِعْفاً .

Dari Abu Bashir, dari salah seorang dari dua imam ‘alaihimassalam, ia berkata, “Sesungguhnya penduduk Mekah kafir kepada Allah secara terang-terangan. Dan penduduk Madinah lebih busuk/jelek daripada penduduk Mekah 70 kali.” (Al-Kaafi, 2:410; Al-Majlisi berkata : Muwatstsaq).

Riwayat yang semacam ini banyak tersebar di buku-buku Syiah.
Dimanakah posisi firman Allah Ta’ala,

وَالسَّابِقُونَ الأوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar” (QS. At-Taubah: 100).

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الإنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Fath: 29)?

bersambung…

Artikel http://www.KonsultasiSyariah.com

BEDAKANLAH CIRI AHLUSSUNNAH, CIRI ISIS KHAWARIJ DAN CIRI KAUM SYIAH

Pada Tulisan Artikel Ini , Kita Dapat Mengetahui Ciri Ciri Mereka Dari Pada Kaum Antara Ahlus-Sunnah, Isis Khawarij Dan Kaum Syiah Laknatulloh, Semoga Pula Pada Artikel Ini Dapat Di Fahami Sebagai Suatu Pengetahuan Agar Bagi Saudara Dan Saudariku Semuawanya Tidak Bingung Untuk Menilai Mana Yang Benar Dan Mana Yang Salah…, Serta Semoga Allah Memberi Petunjuk Serta Hidayahnya Kepada Kita Semuanya Pula… In Shaa Allah, Aamiin 😀

………………………………………………………………………

↗  CIRI AHLUSSUNNAH,

selengkapnya di :

SALAF, SALAFY DAN SALAFIYAH

Ahlus Sunnah memiliki ciri-ciri yang sangat jelas di mana ciri-ciri itulah yang menunjukkan hakikat mereka… 😀

  1. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti jalan Rasulullah dan jalan para sahabatnya, yang menyandarkan pada Al Qur’an dan As Sunnah dengan pemahaman salafus shalih yaitu pemahaman generasi pertama umat ini dari kalangan shahabat, tabi’in dan generasi setelah mereka. Rasulullah bersabda (yang artinya):“Sebaik-baik manusia adalah generasiku kemudian orang-orang setelah mereka kemudian orang-orang setelah mereka.” (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad)
  2. Mereka kembalikan segala bentuk perselisihan yang terjadi di kalangan mereka kepada Al Qur’an dan As Sunnah dan siap menerima apa-apa yang telah diputuskan oleh Allah dan Rasulullah. Firman Allah (yang artinya): “Maka jika kalian berselisih dalam satu perkara, kembalikanlah kepada Allah dan Rasulullah jika kalian beriman kepada Allah dan hari akhir. Dan yang demikian itu adalah baik dan lebih baik akibatnya.” (QS. An Nisa: 59). “Tidak pantas bagi seorang mukmin dan mukminat apabila Allah dan Rasul-Nya memutuskan suatu perkara untuk mereka, akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya sungguh dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata.“(QS. Al Ahzab: 36)

  3. Mereka mendahulukan ucapan Allah dan Rasul daripada ucapan selain keduanya. Firman Allah (yang artinya):“Hai orang-orang yang beriman janganlah kalian mendahulukan (ucapan selain Allah dan Rasul ) terhadap ucapan Allah dan Rasul dan bertaqwalah kalian kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Hujurat: 1)

  4. Menghidupkan sunnah Rasulullah baik dalam ibadah mereka, akhlak mereka, dan dalam semua sendi kehidupan, sehigga mereka menjadi orang asing di tengah kaumnya. Rasulullah bersabda tetang mereka (yang artinya): “Sesungguhnya Islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali pula daam keadaan asing, maka berbahagialah orang-orang dikatakan asing.” (HR. Muslim dari hadits Abu Hurairah dan Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma)

  5. Mereka adalah orang-orang yang sangat jauh dari sifat fanatisme golongan. Dan mereka tidak fanatisme kecuali kepada Kalamullah dan Sunnah Rasulullah. Imam Malik mengatakan: “Tidak ada seorangpun setelah Rasulullah yang ucapannya bisa diambil dan ditolak kecuali ucapan beliau.”

  6. Mereka adalah orang-orang yang menyeru segenap kaum muslimin agar bepegang dengan sunnah Rasulullah dan sunnah para shahabatnya.

  7. Mereka adalah orang-oang yang memikul amanat amar ma’ruf dan nahi munkar sesuai dengan apa yang dimaukan Allah dan Rasul-Nya. Dan mereka mengingkari segala jalan bid’ah (lawannya sunnah) dan kelompok-kelompok yang akan mencabik-cabik barisan kaum muslimin.

  8. Mereka adalah orang-orang yang mengingkari undang-undang yang dibuat oleh manusia yang menyelisihi undang-undang Allah dan Rasulullah.

  9. Mereka adalah orang-orang yang siap memikul amanat jihad fi sabilillah apabila agama menghendaki yang demikian itu.

Syaikh Rabi’ dalam kitab beliau Makanatu Ahli Al Hadits hal. 3-4 berkata: “Mereka adalah orang-orang yang menempuh manhaj (metodologi)-nya para sahabat dan tabi’in dalam berpegang terhadap kitabullah dan sunnah Rasulullah dan menggigitnya dengan gigi geraham mereka. Mendahulukan keduanya atas setiap ucapan dan petunjuk, kaitannya dengan aqidah, ibadah, mu’amalat, akhlaq, politik, maupun, persatuan. Mereka adalah orang-orang yang kokoh di atas prinsip-prinsip agama dan cabang-cabangnya sesuai dengan apa yang diturunkah Allah kepada hamba dan Rasul-Nya Muhammad shallallahu ‘alahi wasallam. Mereka adalah orang-orang yang tampil untuk berdakwah dengan penuh semangat dan kesungguh-sungguhan. Mereka adalah para pembawa ilmu nabawi yang melumatkan segala bentuk penyelewengan orang-orang yang melampaui batas, kerancuan para penyesat dan takwil jahilin. Mereka adalah orang-orang yang selalu mengintai setiap kelompok yang menyeleweng dari manhaj Islam seperti Jahmiyah, Mu’tazilah, Khawarij, Rafidah (Syi’ah), Murji’ah, Qadariyah, dan setiap orang yang menyeleweng dari manhaj Allah, mengikuti hawa nafsu pada setiap waktu dan tempat, dan mereka tidak pernah mundur karena cercaan orang yang mencerca.”

Ciri Khas Mereka
1. Mereka adalah umat yang baik dan jumlahnya sangat sedikit, yang hidup di tengah umat yang sudah rusak dari segala sisi. Rasulullah bersabda (yang artinya): “Berbahagialah orang yang asing itu (mereka adalah) orang-orang baik yang berada di tengah orang-orang yang jahat. Dan orang yang memusuhinya lebih banyak daripada orang yang mengikuti mereka.” (Shahih, HR. Ahmad)

Ibnul Qoyyim dalam kitabnya Madarijus Salikin 3/199-200, berkata: “Ia adalah orang asing dalam agamanya dikarenakan rusaknya agama mereka, asing pada berpegangnya dia terhadap sunnah dikarenakan berpegangnya manusia terhadap bid’ah, asing pada keyakinannya dikarenakan telah rusak keyakinan mereka, asing pada shalatnya dikarenakan jelek shalat mereka, asing pada jalannya dikarenakan sesat dan rusaknya jalan mereka, asing pada nisbahnya dikarenakan rusaknya nisbah mereka, asing dalam pergaulannya bersama mereka dikarenakan bergaul dengan apa yang tidak diinginkan oleh hawa nafsu mereka”.

Kesimpulannya, dia asing dalam urusan dunia dan akhiratnya, dan dia tidak menemukan seorang penolong dan pembela. Dia sebagai orang yang berilmu ditengah orang-orang jahil, pemegang sunnah di tengah ahli bid’ah, penyeru kepada Allah dan Rasul-Nya di tengah orang-orang yang menyeru kepada hawa nafsu dan bid’ah, penyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari kemungkaran di tengah kaum di mana yang ma’ruf menjadi munkar dan yang munkar menjadi ma’ruf.”

Ibnu Rajab dalam kitab Kasyfu Al Kurbah Fi Washfi Hal Ahli Gurbah hal 16-17 mengatakan: “Fitnah syubhat dan hawa nafsu yang menyesatkan inilah yang telah menyebabkan berpecahnya ahli kiblat menjadi berkeping-keping. Sebagian mengkafirkan yang lain sehingga mereka menjadi bermusuh-musuhan, berpecah-belah, dan berpartai-partai yang dulunya mereka berada di atas satu hati. Dan tidak ada yang selamat dari semuanya ini melainkan satu kelompok. Merekalah yang disebutkan dalam sabda Rasulullah: “Dan terus menerus sekelompok kecil dari umatku yang membela kebenaran dan tidak ada seorangpun yang mampu memudharatkannya siapa saja yang menghinakan dan menyelisihi mereka, sampai datangnya keputusan Allah dan mereka tetap di atas yang demikian itu.”

  1. Mereka adalah orang yang berada di akhir jaman dalam keadaan asing yang telah disebutkan dalam hadits, yaitu orang-orang yang memperbaiki ketika rusaknya manusia. Merekalah orang-orang yang memperbaiki apa yang telah dirusak oleh manusia dari sunnah Rasulullah. Merekalah orang-orang yang lari dengan membawa agama mereka dari fitnah. Mereka adalah orang yang sangat sedikit di tengah-tengah kabilah dan terkadang tidak didapati pada sebuah kabilah kecuali satu atau dua orang, bahkan terkadang tidak didapati satu orangpun sebagaimana permulaan Islam.

Dengan dasar inilah, para ulama menafsirkan hadits ini. Al Auza’i mengatakan tentang sabda Rasulullah (yang artinya):“Islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali dalam keadaan asing. Adapun Islam itu tidak akan pergi akan tetapi Ahlus Sunnah yang akan pergi sehingga tidak tersisa di sebuah negeri melainkan satu orang.” Dengan makna inilah didapati ucapan salaf yang memuji sunnah dan mensifatinya dengan asing dan mensifati pengikutnya dengan kata sedikit.” (Lihat Kitab Ahlul Hadits Hum At Thoifah Al Manshurah hal 103-104)

Demikianlah sunnatullah para pengikut kebenaran. Sepanjang perjalanan hidup selalu dalam prosentase yang sedikit. Allah berfiman (yang artinya): “Dan sedikit dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.”

DI KUTIP DARI ARTIKEL :

http://varyd.wordpress.com/

Sumber : http://www.asysyariah.com

================================

↗ CIRI ISIS KHAWARIJ

Ciri isis (Khawarij) ini yaitu sangat suka Mengkafirkan Pemerintah Muslim, jauh Beda dengan Salafi atau ahlus-sunnah ….
😀

Perhatikan penjelasan di bawah  ini :

Telah dimaklumi bahwa kelompok-kelompok Khawarij termasuk ISIS dan yang lainnya, mengkafirkan para penguasa muslim dan menjuluki mereka dengan thagut, bahkan ISIS berencana merebut Al-Haramain dari penguasa thagut Arab Saudi, menurut mereka.

Namun anehnya, ada sekelompok orang Syi’ah dan para simpatisan mereka yang menuduh bahwa Salafi sama dengan ISIS. Tulisan ringkas ini insya Allah akan membedah akar pengkafiran Khawarij terhadap para penguasa, yang sangat berbeda dengan aqidah Salafi, Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

Makna Kekafiran dan Pembagiannya

Kekafiran (الكفر) secara bahasa maknanya adalah (الستر) dan (التغطية), yang berarti menutup. Sedangkan menurut syari’at, kekafiran adalah lawan dari keimanan (ضد الإيمان). Dan terbagi dalam lima jenis, yaitu:

1) Mendustakan (كفرالتكذيب)

2) Menentang (كفر الإباء والاستكبار)

3) Ragu (كفر الشك)

4) Berpaling (كفر الإعراض)

5) Kemunafikan (كفر النفاق)

[Lihat Madarijus Salikin, karya Al-Imam Ibnul Qoyyim, 1/335-338]

Adapun tingkatan kekafiran terbagi dua:

1) Kekafiran besar (الكفر الأكبر), yang menyebabkan murtad (keluar dari Islam dan menjadi kafir)

2) Kekafiran kecil (الكفر الأصغر), yang tidak menyebabkan murtad.

[Lihat Majmu’ At-Tauhid, oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, hal. 6, sebagaimana dalam Aqidatul Muslim, karya Asy-Syaikh DR. Sa’id bin Ali bin Wahf Al-Qohthoni, 1-2/621-626]

Tidak Berhukum dengan Hukum Islam, Apakah Termasuk Kekafiran Besar ataukah Kekafiran Kecil?

Pendapat pertama: Termasuk kekafiran besar yang menyebabkan murtad, ini pendapat ahlul bid’ah dari kalangan Khawarij dan selain mereka yang beragama atas dasar semangat belaka, bukan dengan ilmu.

Pendapat kedua: Termasuk kekafiran kecil yang tidak menyebabkan murtad, kecuali jika pelakunya melakukan salah satu dari tiga hal:

1) Menghalalkan hukum yang bertentangan dengan Islam

2) Menganggap ada hukum yang sama baiknya dengan hukum Islam

3) Menganggap ada hukum yang lebih baik dari hukum Islam.

Apabila seorang penguasa yang tidak berhukum dengan hukum Islam melakukan satu dari tiga hal tersebut barulah dia dihukumi telah melakukan kekafiran besar yang dapat menyebabkan dia murtad, kafir dan keluar dari Islam. Inilah pendapat Ahlus Sunnah wal Jama’ah, yaitu pendapat para sahabat, imam mazhab yang empat dan seluruh ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah sampai hari kiamat [lihat Al-Qoulul Mufid, karya Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, 2/159-160]

Adapun akar kesesatan Khawarij dalam memahami permasalahan ini dikarenakan penyimpangan mereka dalam metode memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sebagaimana ciri ahlul bid’ah lainnya, yaitu tidak mau mengikuti pemahaman As-Salafus Shalih terhadap nash-nash Al-Qur’an dan As-Sunnah, sehingga mereka salah memahami firman Allah Ta’ala,

وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ

“Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.” [Al-Maidah: 44]

Kaum Khawarij memahami ayat ini bahwa kekafiran yang dimaksudkan dalam ayat tersebut adalah kekafiran besar, sehingga siapa saja pelakunya walaupun dia seorang muslim telah menjadi kafir atau murtad dari Islam.

As-Sam’ani rahimahullah berkata,

واعلم أن الخوارج يستدلون بهذه الآية ، ويقولون : من لم يحكم بما أنزل الله فهو كافر ، وأهل السنة قالوا : لا يكفر بترك الحكم

“Ketahuilah, sesungguhnya Khawarij berdalil dengan ayat ini (dalam pengkafiran). Mereka berkata: Siapa yang tidak berhukum dengan hukum Allah maka dia kafir. Adapun Ahlus Sunnah berkata: Tidak kafir dengan sekedar tidak berhukum (dengan hukum Allah).”

Atas dasar kesesatan ini, kaum Teroris Khawarij tidak segan-segan membunuh kaum muslimin, tidak peduli yang berada di tempat maksiat ataupun yang sedang beribadah di masjid, karena bagi mereka pemerintah dan seluruh aparat telah kafir karena, “Tidak menjalankan syari’at Islam dengan benar” (seperti kata seorang tokoh Khawarij di negeri ini).

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam telah memperingatkan akan kemunculan Khawarij dan sifat-sifat mereka,

قَوْمٌ يَقْرَؤُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ مُرُوقَ السَّهْمِ مِنَ الرَّمِيَّةِ يَقْتُلُونَ أَهْلَ الإِسْلاَمِ وَيَدَعُونَ أَهْلَ الأَوْثَانِ لَئِنْ أَنَا أَدْرَكْتُهُمْ لأَقْتُلَنَّهُمْ قَتْلَ عَادٍ

“Mereka adalah satu kaum yang membaca Al-Qur’an namun tidak malampaui kerongkongan mereka (tidak memahami Al-Qur’an dengan baik), mereka keluar dari agama bagaikan anak panah yang menembus buruannya, mereka membunuh kaum muslimin dan membiarkan kaum musyrikin. Andaikan aku bertemu mereka, maka akan kubunuh mereka seperti pembunuhan kepada kaum ‘Aad.”

Apa yang disampaikan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam dalam hadits ini benar-benar sesuai kenyataan yang ada pada kelompok Teroris Khawarij. Mereka tidak memperhatikan dakwah tauhid dan pemberantasan kesyirikan, sehingga mereka membiarkan para penyembah kubur yang ada di sekitar mereka. Seakan bagi mereka kesyirikan saat ini hanyalah kesyirikan di parlemen, sedangkan kekafiran hanyalah, “Tidak menjalankan syari’at Islam dengan benar”.

Demikian pula yang terjadi pada kelompok ISIS, mereka membunuh kaum muslimin di Suriah dan membiarkan bahkan membantu pemerintah Syi’ah Suriah dan Iran yang memiliki aqidah kesyirikan dan kekufuran.

Hadits ini juga menunjukkan bagaimana seharusnya pemerintah menyikapi Teroris Khawarij menurut tuntunan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, yaitu memerangi mereka, demikian pula menasihati mereka sebelum diperangi.

Maka inilah keyakinan Khawarij terhadap para penguasa muslim hari ini, mereka mengkafirkan para penguasa karena tidak berhukum dengan syari’at Islam secara menyeluruh dengan dalil firman Allah ta’ala dalam surat Al-Maidah ayat 44.

Bagaimana dengan keyakinan Salafi?

Salafi, sesuai artinya yaitu pengikut Salaf, pengikut generasi terbaik umat ini, yakni Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dan sahabat, memahami ayat tersebut sebagaimana yang dipahami para sahabat dan tabi’in.

Para ulama Salafi menjelaskan bahwa sebab turunnya ayat ini (Surat Al-Maidah: 44) berkaitan dengan orang-orang yang memang kafir dari kalangan Yahudi dan kaum musyrikin, sehingga untuk menerapkan ayat ini kepada kaum muslimin tidak sama dengan orang-orang kafir.

As-Sam’ani rahimahullah berkata,

قال البراء بن عازب -وهو قول الحسن-: الآية في المشركين. قال ابن عباس: الآية في المسلمين، وأراد به كفر دون كفر

“Al-Barro bin ‘Azib berkata –dan ini juga merupakan pendapat Al-Hasan-: Ayat ini tentang kaum musyrikin. Ibnu Abbas berkata: Ayat ini tentang kaum muslimin juga, namun yang dimaksudkan dengan kekufuran adalah kekufuran kecil.”

Ulama besar Salafi, ahli hadits abad ini, Asy-Syaikh Al-’Allamah Al-Albani rahimahullah berkata,

“Maka tidak boleh membawa ayat ini atas sebagian penguasa muslim dan para hakimnya yang berhukum dengan selain hukum Allah Ta’ala dengan berbagai bentuk undang-undang buatan manusia. Aku katakan, tidak boleh mengkafirkan dan mengeluarkan mereka dari agama dengan sebab perbuatan itu, apabila mereka masih beriman kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu’alaihi wa sallam. Meskipun mereka telah berbuat jahat karena berhukum bukan dengan hukum Allah Ta’ala tetap saja tidak boleh mengkafirkan mereka. Karena walaupun mereka sama dengan Yahudi dalam permasalahan ini, namun mereka berbeda dengan Yahudi dalam permasalahan yang lain, yaitu iman dan pembenaran mereka terhadap ajaran yang Allah Ta’ala turunkan, berbeda dengan orang Yahudi yang menentangnya.”

Berikut penjelasan ulama Salaf terhadap makna surat Al-Maidah ayat 44:

1) Sahabat yang mulia, Turjumanul Qur’an, Abdullah bin Abbas radhiyallahu’anhuma berkata,

“Bukan kekafiran (besar) sebagaimana pendapat mereka, sesungguhnya itu bukan kekafiran yang mengeluarkan dari agama, tapi kekafiran kecil (kufrun duna kufrin).” [Riwayat Al-Hakim dalam Al-Mustadrak (2/313), beliau menyatakan shahih dan disepakati oleh Adz-Dzahabi, juga dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah, pada ta’liq beliau terhadap hadits no. 2552]

2) Abdullah bin Abbas radhiyallahu’anhuma juga berkata,

“Barangsiapa yang mengingkari hukum Allah maka dia kafir, adapun yang masih mengakuinya namun tidak berhukum dengannya maka dia zalim lagi fasik.” [Riwayat Ath-Thobari dalam Jami’ul Bayan (12063), dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah, pada ta’liq beliau terhadap hadits no. 2552]

3) Tabi’in yang mulia ‘Atho bin Abi Rabah rahimahullah berkata,

“Maksudnya adalah kekafiran di bawah kekafiran (yakni kekafiran kecil), kefasikan di bawah kefasikan dan kezaliman di bawah kezaliman.” [Riwayat Ath-Thobari dalam Jami’ul Bayan (12047-12051), dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah, pada ta’liq beliau terhadap hadits no. 2552]

4) Tabi’in yang mulia Thawus bin Kaysan rahimahullah berkata,

“Bukan kekafiran (besar) yang mengeluarkan dari agama.” [Riwayat Ath-Thobari dalam Jami’ul Bayan (12052), dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah, pada ta’liq beliau terhadap hadits no. 2552]

5) Tabi’ut Tabi’in yang mulia, Abdullah bin Thawus rahimahumallah berkata,

“Tidaklah seperti orang yang kafir kepada Allah Ta’ala, Malaikat-Nya, Kitab-Nya dan Rasul-Nya.” [Riwayat Ath-Thobari dalam Jami’ul Bayan (12055), dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam tahqiq beliau terhadap Kitab Al-Iman karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, hal. 256]

Inilah sesungguhnya manhaj generasi terbaik yang kita diperintahkan untuk mengikuti mereka dalam beragama, siapa yang menyimpang dari pemahaman ini maka dia telah keluar dari jalan satu golongan yang selamat dan masuk kepada 72 golongan yang sesat.

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

إن أمتي ستفترق على اثنتين وسبعين كلها في النار إلا واحدة وهي الجماعة

“Sesungguhnya ummatku akan terpecah menjadi 73 golongan, semuanya di neraka kecuali satu, yaitu al-jama’ah.” [HR. Ibnu Abi ‘Ashim dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, Zhilalul Jannah: 64]

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda,

و تفترق أمتي على ثلاث و سبعين ملة كلهم في النار إلا ملة واحدة ما أنا عليه و أصحابي

“Dan akan berpecah ummatku menjadi 73 millah, semuanya di neraka kecuali satu, yaitu yang mengikuti aku dan para sahabatku.” [HR. Tirmidzi dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu’anhuma, Shohihul Jami’: 9474 dan Al-Misykah: 171 pada tahqiq kedua]

Ibnu Qudamah rahimahullah berkata,

فأخبر النبي أن الفرقة الناجية هي التي تكون على ما كان عليه هو وأصحابه فمتبعهم إذا يكون من الفرقة الناجية لأنه على ما هم عليه ومخالفهم من الاثنتين والسبعين التي في النار

“Maka Nabi shallallahu’alaihi wa sallam mengabarkan bahwa golongan yang selamat (al-firqotun najiyah) adalah yang mengikuti beliau dan sahabat-sahabatnya. Jadi, orang yang mengikuti mereka menjadi bagian dari al-firqotun najiyah karena dia berada di atas jalan mereka, sedangkan yang menyelisihi maka dia termasuk ke dalam 72 golongan yang di neraka.”

Inilah akar penyimpangan Khawarij (dan seluruh kelompok sesat), yaitu karena mereka berusaha memahami Al-Qur’an dengan pemahaman sendiri, tidak mengikuti pemahaman sahabat, oleh karena itu sahabat yang mulia Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu’anhuma ketika berdialog dengan Khawarij, pertama kali yang beliau ingatkan kepada mereka adalah,

أتيتكم من عند أصحاب النبي صلى الله عليه و سلم المهاجرين والأنصار ومن عند بن عم النبي صلى الله عليه و سلم وصهره وعليهم نزل القرآن فهم أعلم بتأويله منكم وليس فيكم منهم أحد

“Aku adalah utusan sahabat Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, Muhajirin, Anshor, dan sepupu Nabi shallallahu’alaihi wa sallam dan juga menantu beliau (yaitu Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu, Khalifah ketika itu), aku datang kepada kalian untuk menyampaikan pendapat mereka, karena kepada merekalah Al-Qur’an diturunkan, maka mereka lebih mengetahui akan tafsirnya daripada kalian, sedang tidak ada seorang pun dari kalangan sahabat yang bersama kalian.”

Da menurut logika yang sehat, pemahaman Teroris Khawarij dalam mengkafirkan setiap orang yang “Tidak menjalankan syari’at Islam dengan benar” atau “Tidak berhukum dengan hukum Islam secara menyeluruh” akan berkonsekuensi mengkafirkan seluruh kaum muslimin yang ada di muka bumi ini, sebab siapa yang mampu menjalankan syari’ah Islam dengan benar sepanjang hidupnya?! Apakah ada manusia yang tidak pernah berbuat salah?!

Dan yang paling minimal, konsekuensi dari pemahaman rusak Terosis Khawarij ini adalah pengkafiran seluruh pelaku dosa besar yang sudah jelas-jelas merupakan manhajnya Khawarij generasi awal. Sebab yang namanya syari’ah Islam secara hakiki adalah seluruh aturan-aturan kehidupan dalam Islam, tidak sebatas hukum-hukum dalam pemerintahan. Maka siapa yang melakukan dosa besar seperti membunuh, mencuri, zina dan lain-lain, adalah pelanggaran syari’ah Islam yang pelakunya kafir kepada Allah Ta’ala (menurut pemahaman rusak ini, tanpa membedakan orang yang menghalalkan perbuatan haram tersebut setelah mengetahui keharamannya dan orang yang melakukannya namun masih meyakini hal itu tetap haram). Wal’iyaadzu billahi minal jahli wadh-dholaal.

Syubhat dan Bantahannya

Diantara syubhat terbesar Teroris Khawarij yang telah menguasai jiwa dan pikiran mereka adalah tuduhan mereka bahwa penguasa yang ada sudah benar-benar menghalalkan hukum peninggalan Belanda dan hukum yang bertentangan dengan syari’at, atau menganggapnya sama baiknya dengan hukum Islam, atau bahkan lebih baik dari hukum Islam, dengan bukti perbuatan penguasa dalam menetapkan undang-undang yang tidak berdasar syari’at Islam.

Jawaban atas syubhat ini:

Pertama: Penghalalan (الاستحلال) yang dimaksudkan para ulama bukanlah sekedar penghalalan dengan perbuatan tetapi dengan hati (yakni meyakini apa yang diharamkan Allah Ta’ala itu halal setelah mengetahui keharamannya dalam syari’at Islam), oleh karena itu sebagian ulama mengistilahkan kekafiran berhukum dengan selain hukum Islam ini dengan ‘kekafiran dalam perbuatan’ (kufur ‘amali) yang tidak mengeluarkan dari Islam dan ‘kekafiran dalam keyakinan’ (kufur i’tiqodi) yang mengeluarkan dari Islam.

Asy-Syaikh Al-Muhaddits Al-Faqih Al-Albani rahimahullah berkata,

“Kunci dalam permasalahan ini adalah memahami bahwa kekafiran itu ada dua bentuk, keyakinan (اعتقادي) dan perbuatan (عملي). Keyakinan tempatnya di hati, sedangkan perbuatan tempatnya pada anggota tubuh. Maka barangsiapa yang perbuatannya adalah kekafiran yang menyelisihi syar’i dan bersesuaian dengan keyakinan yang ada dalam hatinya, itulah kufur i’tiqodi (kekafiran besar) yang tidak diampuni Allah Ta’ala dan pelakunya kekal di neraka selama-lamanya. Adapun jika hatinya menyelisihi kekafiran itu maka dia beriman dengan hukum Rabbnya, apabila dia menyelisihi hukum tersebut dengan perbuatannya, maka kekafirannya adalah kufur ‘amali (kekafiran kecil) bukan i’tiqodi (kekafiran besar), dia di bawah kehendak Allah Ta’ala, mungkin diadzab dan mungkin diampuni (sebagaimana pelaku dosa besar).”

Lalu dari mana kalian tahu penguasa yang menyelisihi hukum Islam itu telah menghalalkan hukum yang bertentangan dengan Islam atau menganggap sama baiknya dengan hukum Islam atau lebih baik dari hukum Islam dengan hatinya?! Apakah kalian telah membelah dadanya?!

Perhatian: Bantahan ini sekaligus menjawab tuduhan “murji’ah” terhadap Salafi yang dilontarkan oleh orang-orang Khawarij, alasan mereka karena Salafi tidak mengkafirkan pelaku kufur ‘amali, yaitu para penguasa yang tidak berhukum dengan hukum Islam, maka keterangan di atas telah membantah mereka bahwa kufur ‘amali yang dimaksudkan di sini adalah kufur asghar, yang tidak sampai mengeluarkan pelakunya dari Islam, bukan kufur akbar.

Jadi bukan bermakna setiap kufur ‘amali itu tidak dapat dikafirkan pelakunya, karena bisa jadi kufur ‘amali, kekufuran dalam perbuatan, bukan dalam keyakinan namun termasuk kufur akbar yang menyebabkan pelakunya murtad keluar dari Islam, seperti berdoa kepada selain Allah, menyembelih untuk selain-Nya dan lain-lain. Akan tetapi kufur ‘amali berupa tidak berhukum dengan syari’at Islam termasuk kufur asghar yang tidak mengeluarkan pelakunya dari Islam.

Kedua: Kalaupun benar sebagaimana yang kalian katakan, bahwa penguasa tersebut telah melakukan kekafiran besar karena menghalalkan hukum yang bertentangan dengan Islam atau menganggapnya sama baik dengan hukum Islam atau bahkan lebih baik dari Islam, maka apakah penguasa yang tadinya muslim tersebut serta merta menjadi kafir?! Apakah setiap pelaku kekafiran langsung bisa kita kafirkan?!

Inilah salah satu titik perbedaan yang mendasar antara manhaj Teroris Khawarij dan manhaj Salafi, Ahlus Sunnah wal Jama’ah dalam pengkafiran. Karena semangat yang berlebihan tanpa didasari dengan ilmu sehingga Teroris Khawarij mengkafirkan setiap muslim yang melakukan kekafiran tanpa mengikuti kaidah-kaidah pengkafiran menurut Islam. Pembahasan berikut insya Allah Ta’ala akan menjelaskan beberapa kaidah penting yang harus dipahami dalam pengkafiran menurut ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

Beberapa Kaidah dalam Pengkafiran

1) Menghukumi suatu perbuatan sebagai kekafiran atau pelakunya telah kafir adalah hukum syar’i.

Berbicara tentang kekafiran suatu perbuatan dan pengkafiran pelakunya sama halnya dengan pembicaraan suatu hukum dalam syari’at, haruslah berdasarkan ilmu (Al-Qur’an dan As-Sunnah). Sebab Allah Ta’ala telah mengharamkan pembicaraan dalam agama-Nya tanpa didasari ilmu, sebagaimana firman-Nya,

وَأَن تَقُولُواْ عَلَى اللَّهِ مَا لاَ تَعْلَمُونَ

“(Allah mengharamkan) kalian berkata atas Allah apa yang tidak kalian ketahui.” [Al-A’rof: 33]

Asy-Syaikh Al-Mufassir AbdurRahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah berkata,

“Makna firman Allah Ta’ala, “(Allah mengharamkan) kalian berkata atas Allah apa yang tidak kalian ketahui”, mencakup pembicaraan tentang nama-nama Allah Ta’ala, sifat-sifat-Nya, perbuatan-perbuatan-Nya dan syari’at-Nya. Semua bentuk pembicaraan tanpa ilmu telah diharamkan oleh Allah Ta’ala. Dia melarang hamba-hamba-Nya untuk melakukan hal itu, karena dalam perbuatan tersebut terdapat kerusakan yang khusus maupun umum.”

Maka tidak diragukan lagi bahwa pembicaraan tentang kekafiran dan pengkafiran adalah masalah syari’at yang harus berdasarkan ilmu.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,

“Kekafiran adalah hukum syar’i, hanya boleh ditetapkan dengan dalil-dalil syar’iyyah.”

Beliau rahimahullah juga berkata,

“Oleh karena itu para ulama Sunnah tidak mengkafirkan (semua) yang menyelisihi mereka, meskipun orang yang menyelisihi itu mengkafirkan mereka, karena (menetapkan) kekafiran adalah hukum syar’i.”

Beliau rahimahullah juga berkata,

“Tidak boleh bagi seseorang untuk mengkafirkan orang yang menyelisihinya, apabila perkataan orang yang menyelisihinya itu bukan termasuk kekafiran menurut syar’i yang berasal dari pemilik syari’ah (yaitu Allah Ta’ala). Walaupun akal bisa saja membedakan pendapat yang benar dan yang salah, namun tidak semua yang salah menurut akal merupakan kekafiran dalam syar’iah, sebagaimana tidak semua yang dianggap benar oleh akal harus dianggap baik dalam syar’iah.”

Beliau rahimahullah juga berkata,

“Demikian pula, pengkafiran adalah hak Allah Ta’ala, maka tidak boleh mengkafirkan seseorang kecuali yang telah dikafirkan oleh Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu’alaihi wa sallam.“

Asy-Syaikh Al-‘Allamah Ibnul ‘Utsaimin rahimahullah berkata,

“Kekafiran adalah hukum syar’i yang harus kembali kepada Allah dan Rasul-Nya. Maka apa yang dianggap sebagai kekafiran oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah itulah kekafiran, jika tidak dianggap sebagai kekafiran oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah bukanlah kekafiran. Sehingga tidak harus bahkan tidak boleh mengkafirkan seorang (muslim) sampai jelas dalilnya dari Al-Qur’an dan As-Sunnah atas kekafirannya.”

Oleh karena itu, tidak setiap orang berhak bicara dalam masalah pengkafiran selain para ulama yang benar-benar mendalam ilmunya.

Asy-Syaikh Al-Faqih Shalih Al-Fauzan hafizhahullah berkata,

“Menghukumi seseorang telah murtad atau keluar dari agama Islam adalah kewenangan para ulama yang mendalam ilmunya, mereka adalah para hakim di mahkamah syari’ah dan para ahli fatwa yang diakui keilmuannya. Sebagaimana pula dalam permasalahan lainnya, berbicara dalam masalah seperti ini bukanlah hak setiap orang, bukan pula hak para penuntut ilmu atau yang menisbatkan diri kepada ilmu agama padahal pemahamannya tentang ilmu agama masih sangat terbatas. Bukanlah hak mereka untuk menghukumi seseorang telah murtad, karena perbuatan tersebut akan melahirkan kerusakan. Bisa jadi mereka memvonis seseorang telah murtad padahal dia tidak murtad. Sedang mengkafirkan seorang muslim yang tidak melakukan salah satu pembatal keislaman sangat berbahaya. Barangsiapa yang mengatakan kepada saudaranya, “wahai kafir” atau “wahai fasik”, padahal dia tidak seperti itu maka perkataan itu kembali kepada orang yang mengucapkannya. Oleh karena itu, yang berhak memvonis murtad hanyalah para hakim syar’i dan ahli fatwa yang diakui keilmuannya. Adapun yang merealisasikan hukumannya adalah pemerintah kaum muslimin, selain itu hanya akan melahirkan kekacauan.”

2) Tidak setiap muslim yang melakukan kekafiran itu kafir.

Sangat penting dipahami bahwa tidak setiap muslim yang melakukan kekafiran serta merta menjadi kafir, sampai terpenuhi syarat-syarat pengkafiran (شروط التكفير) dan hilang penghalang-penghalangnya (موانع التكفير).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,

“Tidak setiap orang yang bersalah (melakukan kekafiran) itu menjadi kafir, terlebih dalam permasalahan yang rumit, yang terdapat banyak khilaf padanya.”

Asy-Syaikh Al-Muhaddits Al-Albani rahimahullah berkata,

“Tidak setiap mukmin yang melakukan kekafiran serta merta bisa dihukumi kafir.”

Maka wajib bagi setiap muslim berhati-hati dalam mengkafirkan saudaranya meskipun telah jelas baginya bahwa saudaranya tersebut telah melakukan suatu amalan kekafiran (insya Allah akan kami bahas secara lebih terperinci tentang syarat-syarat dan penghalang-penghalang dalam pengkafiran pada kesempatan yang lain).

3) Pengkafiran terhadap seorang muslim yang melakukan kekafiran terbagi dua bentuk, pengkafiran terhadap perbuatan (takfir muthlaq) dan pengkafiran terhadap pelakunya (takfir mu’ayyan).

Takfir muthlaq adalah mengkafirkan suatu perbuatan kekafiran apabila telah dinyatakan sebagai kekafiran oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah. Tidak disyaratkan apapun dalam takfir muthlaq selain adanya dalil yang shahih yang menyatakan suatu perbuatan sebagai kekafiran dan adanya istidlal yang benar.

Sedangkan takfir mu’ayyan adalah mengkafirkan pelaku kekafiran. Disyaratkan dalam takfir mu’ayyan ini sejumlah syarat-syarat yang harus terpenuhi dan hilang penghalang-penghalangnya, sebelum menjatuhkan vonis kafir kepada orang tertentu.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,

“Wajib membedakan antara takfir muthlaq danmu’ayyan.”

Beliau rahimahullah juga berkata,

“Mazhab para imam dalam pengkafiran dibangun atas dasar perincian antara jenis kekafirannya (muthlaq) dan pelakunya (mu’ayyan).”

Beliau rahimahullah juga berkata,

“Takfir muthlaq tidak mengharuskan takfir mu’ayyan, karena bisa jadi sebagian ulama berbicara dalam satu masalah berdasarkan ijtihadnya lalu mereka tersalah dalam masalah tersebut, maka tidaklah para ulama tersebut dikafirkan, meskipun bisa saja orang yang melakukan kekafiran itu dikafirkan apabila telah tegak hujjah atasnya.”

Faidah: Kaidah ini juga merupakan bantahan kepada mereka yang menuduh Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Salafi kerjanya hanya membid’ah-bid’ahkan (tabdi’) dan mengkafir-kafirkan orang. Sebab kebanyakan orang yang menuduh tersebut tidak bisa membedakan yang mana tabdi’ atau takfir muthlaq dan yang mana mu’ayyan, sehingga mereka menyangka Salafi mudah menjatuhkan vonis mu’ayyan kepada pelaku bid’ah atau kekafiran, padahal yang divonis adalah perbuatannya ataupun kelompok bid’ahnya bukan person yang melakukannya atau yang tergabung dalam kelompok bid’ah tersebut.

Contoh vonis muthlaq, apabila kita mengatakan, “Demonstrasi kepada pemerintah kaum muslimin adalah bid’ah”, atau “Siapa yang melakukan demonstrasi kepada pemerintah kaum muslimin maka dia seorang Ikhwani (pengikut IM) Khariji (yang bermanhaj Khawarij)”.

Ucapan di atas jelas berbeda jika kita mengatakan, “Fulan adalah ahli bid’ah karena dia telah melakukan kebid’ahan” dan “Fulan adalah ahli bid’ah karena dia telah bergabung dengan kelompok bid’ah”. Dua contoh yang terakhir ini adalah vonis mu’ayyan kepada fulan (individu) tertentu yang tidak boleh dilakukan kecuali terpenuhi syarat-syaratnya dan hilang penghalang-penghalangnya.

Bahaya Mengkafirkan Seorang Muslim

Wajib menahan diri dari mengkafirkan seorang muslim yang melakukan kekafiran sampai terpenuhi syarat-syarat pengkafiran dan hilang penghalang-penghalangnya, karena mengkafirkan seorang muslim yang tidak layak dikafirkan adalah perbuatan yang sangat berbahaya.

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

أَيُّمَا رَجُلٍ قَالَ لأَخِيهِ يَا كَافِرُ فَقَدْ بَاءَ بِهَا أَحَدُهُمَا

“Siapa saja yang mengatakan kepada saudaranya, “Wahai kafir”, maka ucapan tersebut pasti kembali kepada salah seorang dari keduanya.”

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda,

لاَ يَرْمِى رَجُلٌ رَجُلاً بِالْفُسُوقِ، وَلاَ يَرْمِيهِ بِالْكُفْرِ، إِلاَّ ارْتَدَّتْ عَلَيْهِ، إِنْ لَمْ يَكُنْ صَاحِبُهُ كَذَلِك

“Tidaklah seorang menuduh orang lain dengan kefasikan dan kekafiran, kecuali akan kembali kepada penuduhnya apabila orang yang dituduh tidak seperti itu.”

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda,

وَمَنْ دَعَا رَجُلاً بِالْكُفْرِ أَوْ قَالَ عَدُوَّ اللَّهِ وَلَيْسَ كَذَلِكَ إِلاَّ حَارَ عَلَيْهِ

“Barangsiapa yang memanggil seseorang dengan kekafiran, atau mengatakan, “Wahai musuh Allah”, padahal tidak seperti itu, maka (ucapan tersebut) kembali kepadanya.”

Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata,

“Hadits ini adalah peringatan keras kepada setiap muslim, jangan sampai menuduh saudara muslimnya dengan kekafiran atau kefasikan.”

Ibnu Daqiqil ‘Ied rahimahullah berkata,

“Ini adalah ancaman besar bagi siapa yang mengkafirkan seorang muslim padahal ia tidak kafir.”

Asy-Syaukani rahimahullah berkata,

“Ketahuilah, menghukumi seorang muslim telah keluar dari Islam dan masuk kepada kekafiran tidak pantas dilakukan oleh seorang muslim yang beriman kepada Allah Ta’ala dan hari akhir kecuali dengan bukti yang lebih jelas dari matahari siang”.

Beliau (Asy-Syaukani) rahimahullah menyebutkan hadits-hadits di atas dan berkata,

“Maka dalam hadits-hadits ini dan hadits-hadits lain yang semisalnya terdapat peringatan yang paling agung dan nasihat yang paling besar agar berhati-hati dari sikap terburu-buru dalam mengkafirkan.”

SUMBER :
Website Sofyan Chalid bin Idham Ruray

SELENGKAP NYA DI :

http://www.sunnahcare.com/2014/11/salib-ala-isis.html?m=1

http://www.sunnahcare.com/2014/11/mutilasi-ala-isis-di-kota-raqqa-suriah.html?m=1

http://www.sunnahcare.com/2014/11/137-anak-anak-dibantai-isis.html?m=1

http://www.sunnahcare.com/2014/11/kompilasi-kejahatan-isis-terhadap.html?m=1

http://sofyanruray.info/tag/isis/

===============================

↗  CIRI SYIAH LAKNATULLOH

Anda harus mengetahuinya….. !!!

Ciri-ciri pengikut Syi’ah sangat mudah dikenali, kita dapat memperhatikan sejumlah cirri-ciri berikut:

  1. Mengenakan songkok hitam dengan bentuk tertentu. Tidak seperti songkok yang dikenal umumnya masyarakat Indonesia, songkok mereka seperti songkok orang Arab hanya saja warnanya hitam.
  • Tidak shalat jum’at. Meskipun shalat jum’at bersama jama’ah, tetapi dia langsung berdiri setelah imam mengucapkan salam. Orang-orang akan mengira dia mengerjakan shalat sunnah, padahal dia menyempurnakan shalat Zhuhur empat raka’at, karena pengikut Syi’ah tidak meyakini keabsahan shalat jum’at kecuali bersama Imam yang ma’shum atau wakilnya.

  • Pengikut Syi’ah juga tidak akan mengakhiri shalatnya dengan mengucapkan salam yang dikenal kaum Muslimin, tetapi dengan memukul kedua pahanya beberapa kali. Anda bisa saksikan videonya di:

  • http://www.sunnahcare.com/2014/03/detektif-syiah-menelusuri-ciri-ciri.html?m=1

    1. Pengikut Syiah shalat bukan dengan tatacara shalat yang diajarkan oleh Rasulullah. Misalnya, orang syiah tidak bersedekap ketika shalat, tidak mengucapkan Aamiin, setelah akhir Surat Al-Fatihah, dan mereka mengutuk Abu bakar, Umar, dan aisyah ketika shalat.

    Klik link videonya di sini :

    http://www.sunnahcare.com/2014/03/detektif-syiah-menelusuri-ciri-ciri.html?m=1

    Di youtube banyak pula video-video yang menggambarkan bagaimana mereka melakukan shalat
    (jangan ditiru sholatnya) :

    Video Aneh Tarawih Syi’ah
    Lihat Pula Di Sini :

    http://www.sunnahcare.com/2014/03/detektif-syiah-menelusuri-ciri-ciri.html?m=1

    1. Pengikut Syi’ah jarang shalat jama’ah karena mereka tidak mengakui shalat lima waktu, tapi yang mereka yakini hanya tiga waktu saja.
  • Mayoritas pengikut Syi’ah selalu membawa At-Turbah Al-Husainiyah yaitu batu/tanah (dari Karbala – redaksi) yang digunakan menempatkan kening ketika sujud, bila mereka shalat tidak didekat orang lain.

  • Jika Anda perhatikan caranya berwudhu maka Anda akan dapati bahwa wudhunya sangat aneh, tidak seperti yang dikenal kaum Muslimin.

  • Anda tidak akan mendapatkan penganut Syi’ah hadir dalam kajian dan ceramah Ahlus Sunnah.

  • Anda juga akan melihat penganut Syi’ah banyak-banyak mengingat Ahlul Bait; Ali, Fathimah, Hasan dan Husain radhiyallahu anhum. Dzikir mereka tidak lagi menyebut nama Allah, tapi menyebut nama Husain atau Fatimah atau ahlul bait lainnya.

  • Mereka juga tidak akan menunjukkan penghormatan kepada Abu Bakar, Umar, Utsman, mayoritas sahabat radhiyallahu anhum dan para istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

  • Pada bulan Ramadhan penganut Syi’ah tidak langsung berbuka puasa setelah Adzan maghrib; dalam hal ini Syi’ah berkeyakinan seperti Yahudi yaitu berbuka puasa jika bintang-bintang sudah nampak di langit, dengan kata lain mereka berbuka bila benar-benar sudah masuk waktu malam. (mereka juga tidak shalat tarwih bersama kaum Muslimin, karena menganggapnya sebagai bid’ah).

  • Mereka berusaha sekuat tenaga untuk menanam dan menimbulkan fitnah antara satu kelompok kaum muslimin dengan kelompok lainnya, sementara itu mereka mengklaim tidak ada perselisihan antara mereka dengan sunni. Ini tentu tidak benar.

  • Anda tidak akan mendapati seorang penganut Syi’ah memegang dan membaca Al-Qur’an kecuali jarang sekali, itu pun sebagai bentuk taqiyyah (kamuflase), karena Al-Qur’an yang benar menurut mereka yaitu al-Qur’an yang berada di tangan al-Mahdi yang ditunggu kedatangannya.

  • 14.Orang Syiah tidak berpuasa pada hari Asyura tetapi mereka hanya menunjukkan kesedihan di hari tersebut.
    Bahkan ada di kalangan mreka yang menganggap haram puasa kerana seolah-olah bersyukur ke atas kesyahidan Sayyidina Husain.

    1. Mereka juga berusaha keras mempengaruhi kaum wanita khususnya para mahasiswi di perguruan tinggi atau di perkampungan sebagai langkah awal untuk memenuhi keinginannya melakukan mut’ah dengan para wanita tersebut bila nantinya mereka menerima agama Syi’ah.
  • Orang-orang Syi’ah juga getol mendakwahi orang-orang tua yang memiliki anak putri, dengan harapan anak putrinya juga ikut menganut Syi’ah sehingga dengan leluasa dia bisa melakukan zina mut’ah dengan wanita tersebut baik dengan sepengetahuan ayahnya ataupun tidak. Pada hakikatnya ketika ada seorang yang ayah yang menerima agama Syi’ah, maka para pengikut Syi’ah yang lain otomatis telah mendapatkan anak gadisnya untuk dimut’ah. Tentunya setelah mereka berhasil meyakinkan bolehnya mut’ah. Semua kemudahan, kelebihan, dan kesenangan terhadap syahwat ini ada dalam diri para pemuda, sehingga dengan mudah para pengikut Syi’ah menjerat mereka bergabung dengan agama Syi’ah.

  • Syiah juga mengajarkan desakralisasi Al Qur’an. Dalam keyakinan syiah bahwa al Qur’an yang ada ini tidak asli yang asli adalah mushaf Fatimah. “Syiah ini seperti liberal, mereka mengatakan al Qur’an produk budaya, syiah mengatakan al Qur’an palsu.

  • Model dakwah yang di gunakan orang-orang syiah dalam menyebarkan syiahnya di bumi ahlus sunnah, sering mengangkat ukhuwah Islamiyah. Tidak ada perbedaan syiah dan sunni yang penting Islam.Memberikan image netral, namun dilain kesempatan mengkritik sunni, mengkritik ulama sunni.

  • Bila dikatakan kepadanya bahwa dirinya Syiah, maka dia akan menolak disebut syi’ah dan menyatakan diri bahwa dirinya seorang muslim,atu lebih suka disebut sebagai pengikut ahlul bait, kemudian mereka juga menghindari diskusi face to face.

  • Seorang syiah tidak boleh diberi nama atau dipanggil dengan nama Abu Bakar, Umar, Usman, Muawiyah dan Aisyah.

  • Berkeyakinan Imam-imam 12 mereka adalah maksum (bebas dari dosa-doa kecil dan besar). Bahkan ada dikalangan ulama-ulama mereka mengatakan bahawa kedudukan imam-imam 12 adalah setara bahkan ada yang kata lebih tinggi dari kedudukan Para Nabi-Nabi dan Malaikat-Malaikat yang paling hampir dengan Allah.

  • Kain kafan mayat mereka bertulis.

  • Membaca talqin dengan menyebut imam-imam 12.

  • Meletakkan gambar-gambar imam-imam 12 mereka di dalam rumah. Biasanya mereka letak di dinding rumah mereka.

  • Suami halal meliwat isteri.

  • Mereka tidak ada sholat tarawih. Jika ada Orang syiah yang berteraweh itu bermakna mereka bertaqiah (pura-pura)

  • Mereka lebih banyak menyebut nama-nama imam-imam mereka dari menyebut kalimah Allah terutama ketika mereka ditimpa musibah.

  • Setiap kali menyambut hari peringatan seperti peringatan terbunuhnya Saidina Ali bin Abi Tolib dan peringatan terbunuhnya Husein bin Ali, pengikut syiah akan melakukan upacara-upacara yang menunjukkan kesedihan mereka terhadap musibah-musibah yang menimpa ahlul bait. Dalam merayakan ritual ini cara mereka berbeda-beda sesuai tempat asal mereka.

  • Dalam pembahasan kajian fikih yang diadakan selalu saja mengangkat pendapat Mazhab Ahlul Bait sebagai pengganti kata Syiah. Kalangan ini akan menyampaikan bahwa pendapat Abu Hanifah, Malik, Syafi’I dan Ahmad demikian. Adapun menurut pendapat Ahlul Bait demikian. Dan yang rajih adalah pendapat Ahlul Bait. Atau menggunakan kalimat yang semisalnya; madzhab keluarga Nabi, pendapat Amirul Mukminin Ali dan seterusnya.

  • Senantiasa mengangkat isu untuk mencintai Ahlul Bait versi Syiah yakni keluarga Nabi jalur Keturunan Ali bin Abi Thalib RA saja.

  • Mengatakan Sahabat Muawiyah bin Abi Sofyan RA bukan sahabat Nabi saw, seorang munafiq dan berbagai celaan lainnya.

  • Menyampaikan bahwa dalam riwayat Imam Bukhari ada para perawi Syi’ah. Siapa yang menghujat atau menyesatkan Syi’ah berarti menghujat Bukhari.

  • Memberikan pernyataan bahwa Syiah itu tidak sesat, Syiah dan Sunni itu sama, tidak perlu untuk diperdebatkan.

  • Silahkan anda tambahkan ciri-ciri lainnya …… ???

  • Ciri-ciri mereka sangat banyak. Sekalipun dalam kondisi syiah minoritas, anda sulit untuk menjumpai ciri itu, karena mereka bertaqiyah. Selain yang kami sebutkan di atas masih banyak ciri-ciri lainnya, sehingga tidak mungkin bagi kita untuk menjelaskan semuanya di sini. Namun cara yang paling praktis ialah dengan memperhatikan raut wajah. Wajah mereka merah padam jika Anda mencela Khomeini dan Sistani, tapi bila Anda menghujat Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah dan Hafshah, atau sahabat-sahabat lainnya radhiyallahu anhum tidak ada sedikitpun tanda-tanda kegundahan di wajahnya.

    Dengan hati yang terang, kaum muslimin Ahlus Sunnah dapat mengenali pengikut Syi’ah dari wajah hitam mereka karena tidak memiliki keberkahan. Jika Anda perhatikan wajah mereka maka Anda akan membuktikan kebenaran penilaian ini, dan inilah hukuman bagi siapa saja yang mencela dan menyepelekan al-Quran dan para sahabat radhiyallahu anhum, serta para ibunda kaum Muslimin (yaitu istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) yang dijanjikan surga oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

    Kita memohon hidayah kepada Allah untuk kita dan mereka semua.

    Wallahu a’lam.

    ( BY : Abu Syamil Humaidy )

    DI KUTIP DARI ARTIKEL :

    http://www.sunnahcare.com

    Untuk Penjelasan Selanjut nya :
    Baca Di :

    http://www.sunnahcare.com/2014/11/pertanyaan-untuk-syiah.html?m=1

    http://www.sunnahcare.com/2014/11/peluang-emas-untuk-syiah-dan-aliran.html?m=1

    http://www.sunnahcare.com/2014/11/ritual-khusus-agama-syiah-di-hari-asyura.html?m=1

    Barokallohufiyk !

    USTADZ FIRANDA : ISIS MEMANG BERBAHAYA, TAPI SYIAH JAUH LEBIH BERBAHAYA

    Isu ISIS yang tengah menghangat di Indonesia dan dunia internasional karena blow up media-media sekuler barat, demikian juga dengan media-media di negeri ini yang ikut membebek dan berkiblat ke barat.

    Kebengisan tentara ISIS yang melampaui batas ini dimanfaatkan oleh Syiah untuk menghantam Ahlussunnah secara umum. Kebiadaban yang dilakukan oleh Basyar Al Assad dan pasukannya terhadap kaum muslimin Suriah kini terlupakan oleh berita ISIS. Kemudian Syiah menghembuskan opini bahwa Ahlussunnah adalah kumpulan orang-orang yang kejam. Padahal Ahlussunnah sendiri sepakat bahwa ISIS adalah kelompok sesat.

    Ustadz Firanda Andirja dalam kajian “Sikap Seorang Muslim dalam Menghadapi Isu ISIS” di masjid Darul Ilmi PTIK (Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian) Rabu (3/9/2014) mengatakan, Syiah sengaja memanfaatkan isu ISIS untuk menghantam Ahlussunnah.

    “ISIS adalah isu yang banyak dimanfaatkan oleh banyak pihak, diantaranya adalah Syiah,” kata ustadz Firanda.

    Ustadz Firanda menambahkan, ucapan para tokoh Syiah tentang ISIS diarahkan kepada Ahlussunnah dan untuk membentuk opini publik bahwa biang radikalisme berasal dari Ahlussunnah bukan Syiah.

    “Jalaluddin Rakhmat, tokoh Syiah Indonesia mengatakan bahwa ciri-ciri ISIS adalah tauhid, jadi kalau yang sering membahas tauhid maka dia adalah ISIS,” ujarnya.

    Pengajar di masjid Nabawi ini menegaskan bahwa ISIS memang berbahaya tetapi Syiah juga sangat berbahaya.

    “Syiah adalah bahaya yang terorganisir (sudah ada dari zaman Sahabat), dan isu ISIS ini dimanfaatkan oleh Syiah untuk menjatuhkan Ahlussunnah,” terangnya.

    ISIS juga, kata mahasiswa S3 Universitas Islam Madinah ini, bukan hanya dimanfaatkan oleh Syiah tapi oleh orang-orang kafir juga.

    “Orang-orang kafir memanfaatkan sepak terjang ISIS ini untuk menjatuhkan Islam,” paparnya.(iz/gemaislam)

    ﹉﹉﹉﹉﹉﹉﹉﹉﹉﹉﹉﹉﹉﹉﹉﹉﹉﹉﹉﹉﹉﹉﹉﹉﹉﹉﹉﹉﹉﹉﹉

    → ISIS di perangi. Milisyi Syi`ah al Hut di Yaman dan Israil di biarkan

    http://mantankyainu.blogspot.com/2014/09/inggris-enggan-ikut-as-untuk-serang.html

    Bacalah  artikel ini:

    Inggris Enggan Ikut AS untuk Serang ISIS di Suriah

    REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN —
    Inggris tidak akan bergabung dengan Amerika Serikat (AS) dalam serangan udara terhadap militan ISIS di Suriah.
    “Biarkan saya memperjelas, Inggris tidak akan mengambil bagian dalam serangan udara di Suriah,” kata Menlu Philip Hammond di Berlin, Kamis (11/9).

    “Kami sudah berdiskusi di parlemen kami tahun lalu dan kami tidak akan mengunjungi kembali posisi itu.”
    Menurutnya, Inggris sudah menegaskan sikap untuk tidak memberikan kontribusi terhadap serangan itu. Meski pun ISIS telah berusaha untuk membentuk suatu entitas yang mencakup Suriah dan perbatasan Irak.
    Ia menilai, Suriah dan Irak memiliki perbedaan dalam hal lingkungan hukum. Termasuk hal permisif iklim militer masing-masing.

    “Kami mendengarkan sangat hati-hati semalam terhadap apa yang presiden AS katakan. Kami mendukung sepenuhnya pendekatan AS mengembangkan koalisi internasional dan regional yang mendukung pemerintah Irak.”

    Namun, katanya, Inggris menentang gagasan kalau ISIS tak terbendung.

    “Kita harus mendorong mereka kembali. Kita harus menantang legitimasi mereka di mata Muslim garis keras dan proses yang telah dimulai dengan banyak ulama Islam berbicara menentang ideologi yang mereka anut,” ujar dia.

    ↗ Komentarku ( Mahrus ali ):

    Sungguh heran idiologi yang dipakai oleh Yahudi Amirika. Diskriminasi yang mencolok, tiada keadilan yang dilakukan oleh Amirika  sebagai negara  super power.

    Gerakan bersenjata Pemberontak Syi`ah  al Hut di Yaman di biarkan, tidak di urus, tidak di ancam dan tidak diperangi.

    Tapi ISIS yang sunni yang menegakkan  sistem al Quran diwilayahnya malah di ancam, diperangi. Bukan saja dari negara Amirika , Eropa tapi dari negara arab yang muslimpun ikut di belakang Amirika  dalam memerangi ISIS. Mengapa  negara – negara muslim  arab turut memerangi ISIS dan membiarkan milisi Syi`ah di Yaman untuk menyerang pemerintah Yaman.  Mereka  tidak membantu Hamas dalam memerangi Israil. Bahkan menghalangi negara Qatar untuk membantu Hamas. Inilah dunia arab yang sudah melepaskan al Qurannya, lalu memerangi sesama muslimnya dan kasih sayang dengan Yahudi yang anak emasnya adalah Israil.

    Jangan berpecah belah, bersatulah, musuh akan ketakutan dan bertekuk lutut di hadapan kaum muslimin. Ingatlah firmanNya:

    وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعاً وَلا تَفَرَّقُوا

    “Berpegang teguhlah dengan tali Allah, dan jangalah kalian berpecah belah.” (QS. Ali Imran: 103).

    Allah Ta’ala juga berfirman,

    وَلا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمْ الْبَيِّنَاتُ وَأُوْلَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ

    “Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.” (QS. Ali Imran: 105).

    يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدْ الْكُفَّارَ وَالْمُنَافِقِينَ وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ

    “Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah jahannam dan itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali.” (QS. At-Tahrim: 9).

    → Obama iblis dunia ancam ISIS dan sayangi syi`ah.

    http://mantankyainu.blogspot.com/2014/09/obama-iblis-dunia-ancam-isis-dan.html

    Bacalah artikel ini:

    Obama Tidak Akan Membiarkan Berdirinya Khilafah di Suriah & Irak

    AMERIKA SERIKAT (voa-islam.com) – Kamis (11/09/14)

    Presiden AS Barrack Obama memaparkan rencana strategisnya dalam rangka memerangi Islamic State (ISIS). Ia mengumumkan untuk pertama kalinya bahwa ia akan menghajar personel-personel Daulah Islamiyyah dan tidak akan membiarkan satu tempat aman pun buat mereka.
    “Saya tidak akan ragu untuk bertindak melawan Islamic State di Suriah, begitu juga dengan Irak” tutur Obama. Presiden AS itu memaparkan strateginya di Gedung Putih setelah dua minggu kritikan yang menghantam dirinya atas tuduhan pemerintahnya tidak memiliki strategi untuk menghadapi Islamic State di Suriah.

    “Target kami jelas, kami akan lemahkan dan hancurkan Islamic State melalui strategi komperhensif untuk menghadapi terorisme” jelas Obama sebagaimana yang dilaporkan oleh Al Arabiyya bahwa Obama tidak akan membiarkan berdirinya khilafah di Suriah dan Irak.[usamah/dbs]

    ↗ Komentarku ( Mahrus ali ):

    Bila Obama Iblis dunia laknatullah alaih di gedung hitamnya memberikan ancaman atas berdirinya khilafah Islamiyah, maka pada hakikatnya itu ketakutan sang Iblis bukan menunjukkan keberaniannya. Dia takut bangkitnya Islam yang memiliki kekuatan ampuh untuk menggulingkan rezim – rezim kekufuran yang merupakan sekutu AS itu, senang pada AS, mendukungnya dan anti ISIS lalu menghalangi perkembangannya, lantas menumpasnya. Anehnya Israil dan milisi Syiah di Yaman dibiarkan, tidak diperangi, lalu dipuja dan tidak lecehkan sebagaimana ISIS. Mengapa demikian, jawabannya jelas, tidak samar lagi karena syiah dan Israil sama – sama dalam dunia Iblis yang anti pada dunia Islam militan bukan Islam abal – abal yang masih dalam dunia Iblis dan di sayang oleh Iblis dunia itu. Malaikat dan Allah akan membela kita dan hancurlah kekuatan setan manusia dan jin, lalu tampaklah kelemahan mereka dan ketangguhan anasir dakwah di jalan Allah bukan pion – pion Iblis yang siang dan malam di jalan setan…

    Saya ingat sekali dengan firmanNya:

    الَّذِينَ آمَنُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۖ وَالَّذِينَ كَفَرُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ الطَّاغُوتِ فَقَاتِلُوا أَوْلِيَاءَ الشَّيْطَانِ ۖ إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا

    Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah. 76 Nisa`

    KAMIS, SEPTEMBER 18, 2014
    → Ya, Daulah Islam Iraq dan Syam adalah “Khawarij”!

    Kamis, 18 Rabi`ul Akhir 1435 Articles, Jihady

    Oleh: Ganna Pryadharizal, Alumnus Universitas al Azhar, Mesir

    Sejak kemunculannya pada April 2013, Daulah Islam Iraq dan Syam (ISIS) yang didirikan demi mengembalikan supremasi syariat Islam, tidak pernah berhenti didera berbagai macam bentuk demonisasi. Secara sederhana, “demonisasi” (demon=setan) berarti sebuah bentuk propaganda untuk menjelek-jelekkan satu pihak sampai sejelek-jeleknya. Sehingga pihak tersebut dianggap sebagai setan oleh orang-orang yang termakan propaganda tersebut.

    Demonisasi menjadi sebuah bagian proses dari “demonologi” yang diartikan Noam Chomsky (1991) dalam bukunya Pirates and Emperor: International Terrorism in the Real World, sebagai sebuah “rekayasa sistematis untuk menempatkan sesuatu agar ia dipandang sebagai ancaman menakutkan, sehingga ia harus dimusuhi, dijauhi, dan bahkan dibasmi”.

    Upaya kriminal ini benar-benar dialami ISIS. Begitu banyak upaya dilakukan para musuh untuk mendistorsi setiap tindak-tanduk institusi yang dipimpin oleh Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi.
    Salah satu bentuk demonisasi terhadap ISIS terjadi melalui labelisasi stigma (ciri negatif) dari orang-orang Islam yang sepertinya sangat keberatan dengan tegaknya Daulah Islam. Sangat disayangkan, orang-orang yang mengklaim berafiliasi kepada Islam, ajaran salaf, penuntut ilmu, dan lain sebagainya, justru secara keji mencap ISIS dengan berbagai terminologi (istilah) negatif dan destruktif.

    Di antaranya adalah stigma “Khawarij”.
    “Khawarij!”

    “Khawarij! Khawarij! Khawarij!”

    Inilah komentar dari para ulama komprador (agen) yang menyokong hegemoni para penguasa thaghut kafir tentang qiyadah (pimpinan) dan Mujahidin ISIS. Mereka tidak henti-hentinya menyematkan label “Khawarij” di setiap mimbar masjid, bedah buku, seminar, dialog, dan forum diskusi.

    Selain melancarkan serangan dalam pertempuran fisik, musuh-musuh ISIS memahami pentingnya serangan propaganda melalui perang terminologi. Mereka membombardir ISIS dengan serangkaian istilah buruk untuk meruntuhkan kepercayaan umat. Musuh mengeksploitasi berbagai nama dan istilah yang sesungguhnya sangat tidak tepat disematkan kepada para pejuang tauhid dan Mujahidin. Strategi yang nampak sederhana, namun mematikan.

    Musuh telah menabuh genderang perang istilah. Maka tidak salah jika kita pun bermain dalam Perang Terminologi ini.

    Kita tegaskan; memang benar bahwa ISIS adalah “Khawarij”! Namun menurut makna etimologis (asal-usul kata), yang artinya adalah ‘keluar’.
    Dalam bahasa Arab, kata “Khawarij” merupakan derivasi (bentukan) dari nomina (kata benda) khuruj yang artinya adalah ‘keluar’. Sedangkan menurut istilah dalam aliran pemikiran Islam, Khawarij adalah golongan yang keluar dari barisan penyokong Khalifah Ali bin Abi Thalib, dan selanjutnya menjelma menjadi satu sekte dengan dogma keagamaan ekstrem.

    Sekali lagi kita tegaskan, ISIS adalah “Khawarij” dan pemimpinnya Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi adalah pemimpin “Khawarij”, namun dalam pengertian ahistoris yang beririsan dengan pengertian dalam studi sejarah Islam.

    ISIS adalah “Khawarij” (keluar). Ya, ISIS keluar di saat kaum Muslimin menggelepar bak ikan yang diburu oleh nelayan. ISIS keluar dari sikap acuh dan berpangku tangan, dan bergerak memompa semangat jihad umat dan memotivasi mereka untuk mendobrak belenggu para thaghut kafir. ISIS keluar dari gerahnya ruang gelap kesyirikan dan kekafiran yang merajalela di bumi kepunyaan Allah Swt, menuju angin segar ditaman hijau yang berpendaran cahaya tauhid.

    ISIS adalah “Khawarij”. Benar, karena ISIS keluar menuju medan jihad Irak dan Suriah untuk menegakkan kalimat la ilaha illallah(tiada sesembahan yang layak disembah selain Allah) dan mengerjakan proyek Khilafah Islamiyah.

    ISIS adalah “Khawarij”, karena mereka keluar dari poros Iblis menuju penyembahan Allah semata. ISIS keluar dari kungkungan para pejabat Gedung Putih (baca: Amerika Serikat) dan negara Zionis Israel. ISIS keluar untuk mencabik-cabik Protokol Zionis dan menghadang orang-orang Zionis yang berkeliaran untuk  membuat kerusakan.
    ISIS adalah “Khawarij”? Betul, karena mereka keluar dari kepatuhan terhadap undang-undang “bumi”, menuju ketaatan mutlak kepada ajaran-ajaran “langit”. Mereka membuang jauh-jauh undang-undang internasional, dan memeluk erat-erat lembaran-lembaran Al-Quran. ISIS keluar untuk meluluh-lantakkan berhala-berhala profan kontemporer, sebagaimana dulu berhala Hubal, Manat, Lata, dan Uzza dihancurleburkan.

    ISIS adalah “Khawarij”? Ya, mereka keluar dari penghambaan sesama manusia, menuju penghambaan kepda Allah Yang Maha Kuasa. Mereka keluar dengan menghunus pedang kemuliaan untuk menuntut balas kepada orang-orang kafir yang telah membuat anak-anak muslim menjadi yatim dan merampas harta-benda kaum muslimin. ISIS keluar dari penderitaan tiada henti, menuju impian eskatologi Islam (kehidupan akhirat).

    ISIS adalah “Khawarij”? Ya, mereka keluar dari jalan tak berujung yang telah membuat banyak manusia tersesat, menuju jalan kebenaran yang mengantarkan manusia menuju kebahagiaan nyata. Mereka keluar dari rumah dan kampung mereka yang fana menuju ‘kampung’ keabadian melalui jalan mati syahid.

    ISIS adalah “Khawarij”! Ya, mereka keluar untuk meniti teladan Rasulullah yang dulu keluar dari Makkah menuju Madinah demi menggembleng keimanan dan kekuatan fisik, serta mendirikan Daulah Islam yang berwibawa. Mereka keluar dari kamp-kamp pelatihan (I’dad) dan kawah candradimuka jihad untuk menaklukkan markas-markas musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya, sebagaimana dulu Rasulullah keluar dari Madinah untuk menaklukkan Makkah agar tidak ada lagi manusia menghamba kepada selain Allah.

    Ya, ISIS adalah “Khawarij”, karena mereka keluar dari keburukan dengan segenap maknanya, menuju segalakebaikan menurut Allah dan Rasul-Nya. Allah pun akan membantu mereka keluar dari kegelapan, menuju cahaya. Allah berfirman tentang hal ini:“Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) menuju cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya menuju kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (Al-Baqarah: 257). Mujahidin siap berjibaku melawan musuh, di setiap peperangan dalam bentuk apapun (!)

    Editor : Arkan al Fadhil, Shoutussalam

    sENIN, SEPTEMBER 15, 2014
    → Selama ISIS berpegangan syariat, koalisi internasional akan hancur dengan sendirinya.

    Bacalah  artikel ini:

    Dapatkah 40 Negara Barat dan Arab Mengalahkan ISIS?

    PARIS (voa-islam.com) – Tiga puluh negara Barat (kafir musyrik) dan sepuluh negara Arab (munafik) telah berikrar membantu rezim Syi’ah Irak melawan kelompok Daulah Islamiyah Irak dan Suriah atau ISIS “dengan semua cara diperlukan”.

    Sebuah pernyataan bersama dari para menteri luar negeri yang ikut ambil bagian dalam konferensi besar di Paris mengatakan dukungan mereka, termasuk  “bantuan militer yang sesuai” menghadapi ISIS.

    Konferensi ini diadakan untuk menyepakati strategi membasmi kelompok ISIS yang kini menguasai sebagian besar wilayah Irak dan Suriah. Kemajuan ISIS di Irak dan Suriah telah membuat para pemimpin Barat dan Arab mengalami ketakutan.

    John Kerry, yang menghadiri pertemuan itu, sudah menggalang dukungan untuk rencana aksi yang telah diungkapkan oleh Presiden Barack Obama minggu lalu. Obama bersumpah akan menghancurkan ISIS, dan menggunakan segala kekuatan yang dimiliki AS.

    Pemenggalan James Foley, Steven Sotloff dan David Haines oleh pejuang ISIS yang diposting dalam sebuah video yang dikeluarkan kelompok pejuang ISIS itu pada hari Sabtu, menambah momentum terhadap rencana Obama, ungkap seorang wartawan AFP di Paris.
    Saat membuka pertemuan, Presiden Prancis Francois Hollande mengatakan ancaman dari DI harus ditanggapi secara global.

    Badan intelijen AS, CIA, memperkirakan bahwa Daulah Islamiyah – yang dulu dikenal sebagai ISIS – memiliki sekitar 20.000 sampai 31.000 pejuang di Irak dan Suriah. Bahkan, Menteri Pertahanan AS, Chuck Hagel, mengatakan bahwa ISIS jauh lebih canggih dan hebat dibandingkan al-Qaedah. Dengan dukungan senjata, dana, dan para pejuang yang terlatih, sangat membahayakan bagi Barat, tegasnya.

    Presiden Irak Fuad Masum, yang menjadi tuan rumah konferensi itu bersama-sama dengan Presiden Hollande, mengatakan komunitas internasional harus “dengan cepat” memburu para jihadis (ISIS), tegasnya.
    “Jika intervensi dan dukungan terhadap Irak terlambat datangnya, maka artinya ISIS bisa menduduki wilayah lebih luas lagi dan memberikan ancaman yang lebih besar,” kata Fuad Massum.

    Selanjutnya, Menteri Luar Negeri AS John Kerry akan bertemu para menteri luar negeri dari seluruh dunia di Paris, Prancis hari Senin untuk membahas strategi melumpuhkan militan Daulah Islamiyah atau ISIS.

    Sekitar 40 negara, diantaranya 10 negara-negara Arab, telah menyatakan bergabung dalam koalisi untuk membantu memerangi ISIS di Irak. Ini merupakan kekuatan global yang terbesar sepanjang sejarah menghadapi ISIS. Sementara itu, Prancis mengatakan telah bergabung dengan Inggris untuk mengintai ISIS dari udara di wilayah Irak.

    “Pagi ini, penerbangan pengintaian pertama dilaksanakan atas persetujuan antara Irak dan otoritas negara-negara Arab,” kata Menteri Pertahanan Jean-Yves Le Drian mengatakan pada pasukan Prancis hari Senin di pangkalan Al-Dhafra di Uni Emirat Arab.
    Inggris mengungkapkan pada bulan Agustus sejumlah jet Tornado dan pesawat pengintainya telah terlibat dalam pengumpulan informasi intelijen.
    Di bagian lain, sepuluh negara Arab telah menawarkan diri untuk mengambil bagian dalam serangan udara terhadap kelompok pejuang ISIS di Irak, kata para pejabat AS. John Kerry juga sudah bertemu dengan Presiden Mesir, Marsekal al-Sisi, dan menyatakan akan berdiri di garda paling depan dalam memerangi kelompok jihadis.
    Sejak perisistiwa 11 September 2001, pemboman gedung WTC di New York, dan respon Amerika dengan melakukan invasi militer ke Afghanistan, dan kemudian ke Irak, yang bertujuan menghancurkan al-Qaedah, nampaknya   belum tercapai tujuan utama AS.

    AS hanya mampu membunuh Usamah bin Laden, tapi tidak mampu mengalahkan al-Qaedah dan Taliban. Al-Qaedah dan Taliban tetap eksis dan terus berjuang mengalahkan hegemoni Barat yang didukung negara-negara sekutunya, termasuk Arab. Bahkan, al-Qaedah pengaruh terus berkembang di berbagai negara.

    Sekarang lahir kelompok baru ISIS yang lebih menakutkan terhadap Barat. ISIS lebih kuat dan canggih. ISIS mendapatkan dukungan senjata yang sangat luar biasa, dana, pasukan, dan menguasai wilayah yang sangat luas, Irak dan Suriah. Barat dan Arab menggigil melihat ISIS, dan sekarang sudah menjadi Daulah Islam Irak dan Suriah.

    Barat dan Arab akan menghadapi ancaman yang bersifat laten, yaitu ancaman ideologi,  dan tak pernah bisa dihapus. Sekarang berbagai kelompok jihad di berbagai negara telah bergabung dengan Daulah Islam Irak dan Suriah. Sebuah perkembangan yang sangat dramatik.

    AS sejak peristiwa 11 September, sudah melakukan invasi ke Irak dan Afghanistan, mengirimkan ratusan ribu pasukan bersama sekutunya dan didukung kekuatan persenjataan. Semua hanya berakhir dengan kekalahan, dan sangat memalukan. AS meninggalkan Irak. Akhir tahun ini, AS akan meninggalkan Afghanistan. Semua rezim boneka yang dicangkokan di Irak dan Afghanistan telah tersingkir.

    Nuri al-Maliki dan Hamid Karzai yang menjadi kaki-tangan AS telah pergi, dan gagal mengalahkan kekuatan ideologis (Islam). Kejahatan kafir musyrik (Yahudi-Nasrani), tidak akan pernah berhenti, sampai orang-orang mukmin memotong tangan mereka yang penuh dengan darah orang-orang Islam. Wallahu’alam.

    mashadi1211@gmail.com

    ↗ Komentarku ( Mahrus ali ):

    ISIS dalam keadaan  sendirian, dan Amirika, sekutunya dan beberapa negara arab yang muslim ikut nimbrung dalam koalisi internasional. Jadi negara  arab tidak mempertahankan atau mendukung sama  – sama muslimnya  tapi berada di barisan  kafirin untuk mengganyang ISIS yang memeraktekkan hukum Allah di wilayahnya dan membuang hukum thaghutnya…

    Koalisi internasional ini sejak dulu sudah ada, bukan sekarang saja – intinya  terfokus untuk menghadang hukum Allah ditegakkan di atas bumi, lalu  di ganti dengan hukum thaghut dan hukum Allah di injak – injak. Sekarang ISIS sendirian , tapi rupanya banyak kaum jihadi Islami yang sudah berangkat ke sana.

    Saya katakan :

    Engkau ISIS selama hukum Allah ditegakkan di wilayahmu dan hukum Thaghut dikubur, maka  engkau tidak sendirian. Allah bersamamu. 

    Saya  teringat dengan ayat:

    يَسْتَبْشِرُونَ بِنِعْمَةٍ مِّنَ اللّهِ وَفَضْلٍ وَأَنَّ اللّهَ لاَ يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ

    1. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah, dan Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman.

    الَّذِينَ اسْتَجَابُواْ لِلّهِ وَالرَّسُولِ مِن بَعْدِ مَآ أَصَابَهُمُ الْقَرْحُ لِلَّذِينَ أَحْسَنُواْ مِنْهُمْ وَاتَّقَواْأَجْرٌ عَظِيمٌ

    1. Orang-orang yang menaati perintah Allah dan Rasul-Nya, setelah mereka mendapat luka, berbuat kebaikan, dan bertakwa, [bagi mereka] pahala yang besar.

    الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُواْ لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَاناً وَقَالُواْحَسْبُنَا اللّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ

    1. Yaitu orang-orang yang kepada mereka dikatakan: “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kalian, karena itu takutlah kepada mereka.” Tapi perkataan itu justru menambah keimanan mereka, dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung.”

    → Bongkar Kemunafikan Amerika di PBB, Pidato Cristina Fernández Diputus!’

    07 Oktober 2014

    Fiqhislam.com –

    Andai saja Cristina Fernández de Kirchner adalah pemimpin Dunia Arab dan Dunia Islam tentu mantap sekali.

    Disaat para pemimpin dan para menlu negara-negara arab sibuk mencium tangan Tzipi Livni si mentri keadilan israel yang tidak lain adalah penjahat perang I dan II di Gaza, dan mengusap-mengusap tangannya untuk mencari berkah, dan banyak pula yang cari muka dan menampilkan diri agar terlihat konservatif, cinta perdamaian dan normalisasi, dan ada pula yang mengirimkan ucapan selamat untuknya dan militernya karena sukses memenangkan pembunuhan massal di Gaza; tapi tidak demikian halnya dengan Presiden Argentina Cristina Fernández de Kirchner.

    Wanita tangguh ini berdiri tegap di forum PBB membongkar kontradiksi politik Amerika dan berbagai kebohongannya, membuka topeng dan menelanjang wajah jahat dan kesumatnya, taring-taringnya yang tajam dan haus darah, darah bangsa arab dan bangsa muslim secara khusus.
    Cristina Fernández mengecam politik Amerika yang penuh dengan kebencian namun ditutupi dengan topeng perang melawan teroris. Hal itu disampaikan Cristina dengan lantang dan tegas:

    “anda pernah mengeluarkan keputusan untuk memerangi Al-Qaeda setelah 11/09, anda jajah banyak negara dan anda membunuh ratusan ribu penduduknya atas nama perang melawan teroris di Irak dan Afganistan yang sampai saat ini masih saja menjadi negara yang paling bermasalah dengan teroris”.

    Cristina melanjutkan: “Setahun lalu kita pernah bersidang dimana anda semua melabel rezim Asad sebagai teroris dan anda semua mendukung oposisi yang dulu kami anggap sebagai pembangkang, namun sekarang kita bersidang lagi untuk membungkam para pembangkang itu yang ternyata memang teroris dan mayoritas sudah masuk list organisasi-organisasi teroris ekstrimis yang sekarang sudah berubah menjadi super ekstrim.

    Cristina menambahkan, “Dulu, Hizbullah juga pernah anda masukkan dalam list teroris, terakhir diketahui bahwa hizbullah adalah partai besar dan dikenal di Lebanon”.

    “Anda-anda pernah menuduh Iran dibalik ledakan Kedutaan Israel di Buenos Aires tahun 1994, dan sampai hasil inverstigasi sampai saat ini tidak dapat membuktikan bahwa Iran terlibat pada peledakan itu”, lanjutnya.

    Lebih jauh lagi, Cristina berkomentar mendukung korban teror israel di Jalur Gaza, sebuah komentar yang tidak akan pernah keluar dari bibir penguasa arab: “anda semua memejamkan mata di depan musibah yang maha dahsyat yang dilakukan israel yang memakan ribuan korban warga Palestina, bukannya anda-anda fokus pada ribuan korban itu, malah anda fokus pada roket-roket yang jatuh ke Israel yang tidak merugikan apa-apa bagi israel”.

    “hari ini kita bersidang kembali untuk mengeluarkan keputusan internasional untuk mengkriminalian ISIS dan memberangusnya. Negara-negara tempat beradanya ISIS (Suriah & Irak) adalah 2 rezim yang didukung oleh negara-negara yang menjadi konco-konco anda. Negara-negara (arab) itu adalah aliansi tetap negara-negara besar anggota Dewan Keamanan PBB”, tambahnya.

    Mendapatkan pidato pedas ini, terjemahan pidatonya diputus distop, agar pesan-pesanya tidak dapat sampai seluruh penjuru dunia, dan stasiun-stasiun televisi yang melakukan siaran langsung juga memutuskan siarannya. Mereka beralasan bahwa terputusnya siaran-yang seumur-umur tidak pernah terjadi dalam sejarah Dewan Keamanan PBB-adalah karena kesalahan tehnis. Amerika tidak senang dengan pidatonya Christina, maka Amerikapun menggunakan metode teror tehnis untuk menghalangi tersampaikannya kebenaran-kebenaran yang ingin didengarkan khalayak ramai.

    Penguasa arab yang sempat berbicra di sidang PBB senantiasa menyampaikan pidato suram, membosankan, penuh dengan kemunafikan dan senantiasa menjilat Amerika, sangat antusias dalam menampilkan bahaya ISIS dan ekstrimis muslim, tapi tidak ada yang berani menampilkan kebejatan teroris israel kecuali sedikit saja itupun dengan malu-malu.

    Amerika tidak mampu membully Presiden Argentina, karena sang presiden membela para korban nyawa, warga terluka, dan para anak-anak yatim di Gaza, karena Christina adalah presiden yang berkuasa atas kehendak rakyat, memerintah sebuah negara yang senantiasa menjaga kedaulatan rakyat dan martabat rakyat, dan selain itu semua, keberpihakannya senantiasa kepada nilai-nilai keadilan, HAM, dan martabat manusia di seluruh jagat raya, tidak perlu takut dengan Amerika, karena takut tidak punya tempat pada peradaban dan budaya mereka.

    Christina benar. Aliansi yang dikomandoi Amerika menggalang lebih dari 40 negara untuk memborbardir te
    Christina benar. Aliansi yang dikomandoi Amerika menggalang lebih dari 40 negara untuk memborbardir teroris muslim, bukan untuk memborbardir teroris Israel. Bahkan beberapa pilot arab dengan bangganya melakukan serangan udara tersebut untuk membungihanguskan tumpah darah mereka sendiri, dan pada saat yang sama para penguasanya duduk satu meja, makan malam bersama Tzipi Livni sembari membicarakan prosesi pengganyangan Gaza berikutnya.

    Kita sebagai rakyat tidak kuat menahan emosi, karena kita merasa begitu diinjak dan dihinakan ketika melihat tindak-tanduk memalukan dari para pemimpin kita, ketika kekayaan bumi dijarah di depan mata kita, ketika ribuan nyawa rakyat kita direnggut oleh pesawat-pesawat tempur yang dikemudikan oleh arab sendiri, sementara gempuran yang sama tidak pernah mereka lakukan terhadap bumi teroris israel. Dan pastinya kita tidak akan pernah melihat arab yang beraliansi dengan Inggris dan Amerika untuk memborbardir teroris Israel.

    Perbudakan dan nihilnya rasa nasionalisme ini berakibat kepada berhamburannya para pemuda muslim menerobos Suriah dan Irak untuk bergabung ke dalam barisan kelompok-kelompok Islam Politik garis keras, dan pastinya gelombang jihadis ini akan terus meningkat seiring dengan gempuran-gempuran baru yang diluncurkan oleh pesawat-pesawat tempur arab dan Amerika di Irak dan Suriah.

    Terima kasih sebesar-sebesarnya kita sampaikan kepada Chistina, terimakasih atas keberaniannya, terimakasih karena kefemininnya sebagai wanita mengungguli semua pria yang mengklaim diri jantan, terimakasih karena sudah menyampaikan kebenaran tanpa takut kepada Amerika dan pesawat-pesawat tempur dan roket serta balatentaranya. Dan selamat kepada penguasa-penguasa arab yang sudah dapat berkah dan anugerah dari betina Tzipi Livni, jika pun rakyat-rakyat tidak mengadili mereka, dan sidang PBB hanya mainan belaka, maka sejarah tidak akan memberi mereka ampun.

    Dari Benua seberang, dari bangsa-bangsa besar yang sudah melahirka Castro, Chavez, Evo Morales, Che Guevara, tidak aneh kalau juga melahirkan singa betina Christna, sementara bangsa-bangsa pengecut akan selamanya menghamba.
    [yy/theglobal-review]

    http://lamurkha.blogspot.com/?m=1

    Barikallohufyik !

    PERSAMAAN SYIAH DAN ISIS

    Menjawab Tuduhan Dedengkot Syiah Indonesia

    ………………………………………………

    Bantahan terhadap Tokoh Syi’ah Indonesia
    bagian I

    Dunia lagi dihebohkan dengan berita-berita tentang kekejaman ISIS, sebuah gerakan berhaluan Teroris Khawarij yang telah memproklamasikan diri sebagai negara di Iraq dan Syam. ISIS mengkafirkan kaum muslimin dan membantai dengan cara yang sangat kejam dan sadis.

    Apa hubungannya antara ISIS dengan Syi’ah? Adakah hubunganya dengan Salafi?

    Kenyataan berbicara, ISIS dan Iran adalah pendukung rezim Syi’ah Suriah yang membantai Salafi. Tidak heran, ulama besar Salafi, ahli hadits kota suci Madinah, Asy-Syaikh Al-‘Allamah Abdul Muhsin bin Hamd Al-‘Abbad Al-Badr hafizhahullah memperingatkan dengan keras bahaya kelompok ISIS ini. Beliau berkata,

    “Selang beberapa waktu terjadi peperangan di Suriah antara pemerintah dan para penentangnya, masuklah sekelompok orang dari ISIS ini ke Suriah, bukan untuk memerangi pemerintah, akan tetapi memerangi Ahlus Sunnah (Salafi) yang menentang pemerintah[1] dan membunuh Ahlus Sunnah (Salafi) dengan cara yang sangat kejam, dan telah masyhur cara membunuh mereka terhadap orang yang ingin mereka bunuh, dengan menggunakan pisau-pisau yang merupakan cara terjelek dan tersadis dalam membunuh manusia.” [Risalah Fitnatul Khilafah Ad-Da’isyiah Al-‘Iraqiyah Al-Maz’umah]

    Beliau juga meminta para pengikut ISIS untuk bertaubat kepada Allah ta’ala dan mencela mereka dengan celaan yang pedas serta memperingatkan para pemuda Islam agar tidak ikut-ikutan dengan mereka. Beliau berkata,

    “Termasuk kebaikan (yang kami nasihatkan) untuk kelompok (ISIS) ini, hendaklah mereka sadar diri dan kembali kepada kebenaran, sebelum daulah mereka hilang terbawa angin seperti daulah-daulah lain yang semisalnya di berbagai masa.

    Dan sangat disayangkan, fitnah (bencana) khilafah khayalan yang lahir beberapa waktu yang lalu ini, diterima oleh anak-anak muda yang bodoh di negeri Al-Haramain, mereka menampakkan kebahagiaan dan kegembiraan terhadap khilafah khayalan ini layaknya kebahagiaan orang yang haus terhadap minuman, dan diantara mereka ada yang berkhayal telah membai’at khalifah majhul ini! Bagaimana mungkin diharapkan kebaikan dari orang-orang yang tersesat dengan ajaran takfir (pengkafiran terhadap kaum muslimin) dan pembunuhan dengan cara yang paling kejam dan sadis…?!

    Wajib atas para pemuda tersebut untuk melepaskan diri dari ikut-ikutan di belakang para provokator (ISIS), dan hendaklah dalam setiap tindakan mereka kembali kepada dalil yang datang dari Allah ‘azza wa jalla dan dari Rasul-Nya shallallahu’alaihi wa sallam, karena padanya ada keterjagaan, keselamatan dan kesuksesan di dunia dan akhirat. Dan hendaklah mereka kembali merujuk kepada para ulama yang menasihati mereka dan menasihati kaum muslimin.” [Risalah Fitnatul Khilafah Ad-Da’isyiah Al-‘Iraqiyah Al-Maz’umah]

    Walhamdulillaah, risalah beliau secara lengkap telah kami terjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia (baca:http://sofyanruray.info/seruan-ulama-besar-arab-saudi-terkait-isis/), dengan harapan kaum muslimin secara umum, baik pemerintah maupun masyarakat, dan kaum Salafi, Ahlus Sunnah wal Jama’ah di Indonesia mendapatkan bimbingan ulama dalam menghadapi fitnah (bencana) ISIS ini.

    Dari keterangan ulama di atas jelaslah, benang merahnya antara ISIS dan dua rezim Syi’ah terbesar saat ini, yaitu Suriah dan Iran, mereka memiliki hubungan yang sangat dekat, bekerja sama dalam melakukan kejahatan terhadap umat manusia, dan fakta-fakta di lapangan membuktikan hal itu.

    Tetapi sungguh sangat aneh, salah seorang tokoh Syi’ah di negeri ini berusaha memutarbalikkan fakta, mereka menuduh bahwa ISIS memiliki hubungan dengan Salafi, dan bahwa ajaran mereka sama, yaitu tauhid. Tapi demikianlah Syi’ah, kalau tidak berdusta bukan Syi’ah namanya. Bahkan taqiyyah, berbohong adalah ajaran prinsip dalam Syi’ah.

    Laa haula wa laa quwwata illaa billaah, padahal anak SD pun tahu, tauhid adalah landasan keyakinan setiap muslim, karena tauhid maknanya mengesakan Allah dalam ibadah, tidak mempersekutukan-Nya.

    Oleh karena itu kalimat Laa ilaaha illallah, kalimat dzikir teragung, semboyan setiap muslim, dinamakan: Kalimat Tauhid, karena makna kalimat tersebut adalah memurnikan ibadah hanya kepada Allah yang satu saja dan mengingkari penyembahan kepada selain-Nya (baca: http://sofyanruray.info/penting-syahadat-laa-ilaaha-illallah-makna-rukun-syarat-dan-kesalahan-kesalahan-dalam-penafsirannya/).

    Bagaimana bisa seorang yang mengaku muslim mencela tauhid…?!

    Padahal tauhid adalah sebab meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Sebaliknya, lawan dari tauhid, yaitu syirik, adalah sebab kebinasaan dunia dan akhirat (baca: http://sofyanruray.info/peringatan-dari-bahaya-syirik-1/).

    Namun tidak terlalu aneh sebetulnya apabila tokoh Syi’ah mencela ajaran tauhid, karena Syi’ah memang berbeda dengan Islam, Syi’ah mengajarkan syirik, Islam mengajarkan tauhid.

    Sebagai contoh, dalam kitab Syi’ah diajarkan bahwa imam mereka mengetahui perkara ghaib sebagaimana Allah subhanahu wa ta’ala, disebutkan dalam kitab Syi’ah yang masyhur berjudul Bihaarul Anwaar (26/27) karya Al-Majlisi, tokoh besar Syi’ah,

    عن أبي عبد الله قال: والله لقد أعطينا علم الأولين والآخرين. فقيل له: أعندك علم الغيب؟ فقال له: ويحك! إني لأعلم ما في أصلاب الرجال وأرحام النساء

    “Dari Abu Abdillah (diklaim sebagai imam Syi’ah), ia berkata: Demi Allah kami telah diberikan ilmu orang-orang terdahulu dan orang-orang yang terakhir. Maka dikatakan kepadanya: Apakah engkau memiliki ilmu ghaib? Maka ia berkata: Celaka engkau, tentu saja aku mengetahui apa yang ada di sulbi kaum lelaki dan di rahim para wanita.”

    Padahal Allah ta’ala berfirman,

    قُلْ لا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ الْغَيْبَ إِلا اللَّهُ

    “Katakanlah: “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah”.” [An-Naml: 65]

    Al-Imam Ibnu Katsir Asy-Syafi’i rahimahullah menjelaskan dalam Tafsir-nya:

    يقول تعالى آمرًا رسوله صلى الله عليه وسلم أن يقول معلمًا لجميع الخلق: أنه لا يعلم أحد من أهل السموات والأرض الغيب. وقوله: { إِلا اللَّهَ } استثناء منقطع، أي: لا يعلم أحد ذلك إلا الله، عز وجل، فإنه المنفرد بذلك وحده، لا شريك له، كما قال: { وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لا يَعْلَمُهَا إِلا هُوَ } الآية [الأنعام: 59]، وقال: { إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنزلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ } [لقمان: 34]، والآيات في هذا كثيرة

    “Allah ta’ala berfirman seraya memerintahkan Rasul-Nya shallallahu’alaihi wa sallam untuk mengajarkan kepada seluruh makhluk, bahwasannya tidak ada satupun penduduk langit dan bumi yang mengetahui perkara ghaib. Dan firman Allah ta’ala, “(Tidak ada penduduk langit dan bumi yang mengetahui perkara ghaib) keuali Allah” adalah sebuah pengecualian yang terputus, yaitu bermakna: Tidak ada satupun yang mengetahui perkara ghaib kecuali Allah ‘azza wa jalla, sesungguhnya Dia esa dalam perkara ilmu tentang yang ghaib, tidak ada sekutu bagi-Nya, sebagaimana firman-Nya:

    وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لا يَعْلَمُهَا إِلا هُوَ

    “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri” [Al-An’am: 59]

    Dan juga firman-Nya,

    إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنزلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

    “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” [Luqman: 34]

    Dan ayat-ayat tentang ini masih banyak.” [Tafsir Ibnu Katsir, 6/207]

    Ini hanyalah salah satu contoh dari sekian banyak contoh bahwa orang-orang Syi’ah memang tidak bertauhid, mereka menyekutukan Allah ta’ala. Inilah kesesatan Syi’ah terbesar yang harus diwaspadai.

    Dan juga diantara bahaya Syi’ah yang harus diwaspadai oleh pemerintah dan umat Islam adalah kesamaan antara Syi’ah dan ISIS dalam beberapa perkara, diantaranya:

    1) Pengkafiran Kaum Muslimin, termasuk Pemerintah dan Rakyatnya

    Sudah dimaklumi bahwa ISIS dan kaum Khawarij secara umum menganggap kafir orang-orang di luar kelompok mereka, yang tidak berbaiat kepada mereka atau yang mereka anggap tidak berhukum dengan hukum Allah (tentang pengkafiran versi Khawarij ini insya Allah akan kami bahas dalam artikel tersendiri). Bagaimana dengan Syi’ah?

    Jawabnya sama, Syi’ah juga mengkafirkan kaum muslimin selain mereka, bahkan tidak tanggung-tanggung, mereka mengkafirkan para sahabat Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam, generasi terbaik umat Islam, apalagi generasi setelahnya?!

    Perhatikanlah penukilan tentang pengkafiran Syi’ah dari kitab-kitab mereka berikut ini. Para penulis Syi’ah seperti Ath-Thusi dalam Rijal Al-Kasyi (1/26), Al-Majlisi dalam Bihaarul Anwaar (22/333) dan Al-Kulaini dalam Al-Kafi (2/244, 441) menukil (secara dusta) dari Abu Ja’far Al-Baqir (beliau dianggap oleh Syi’ah sebagai imam yang kelima) bahwa ia berkata,

    ارتد الناس إلا ثلاثة نفر: سلمان وأبو ذر والمقداد

    “Manusia (para sahabat) telah murtad kecuali tiga orang (sahabat): Salman, Abu Dzar dan Al-Miqdad.”

    Orang-orang Syi’ah mengkafirkan seluruh kaum muslimin yang tidak beriman dengan imam-imam (dua belas) mereka. Penulis Syi’ah, Yusuf Al-Bahrani berkata dalam bukunya Al-Hadaaiq An-Nazhirah fi Ahkaamil ‘Itrah Ath-Thahiroh hal. 136,

    وليت شعري أي فرق بين من كفر بالله سبحانه وتعالى ورسوله، وبين من كفر بالأئمة عليهم السلام؟

    “Aduhai, apa bedanya antara orang yang kafir kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya dengan orang yang mengingkari para imam ‘alaihimussalaam?”

    Dan sebelumnya telah dinukil oleh Al-Majlisi dalam Bihaarul Anwaar (23/390),

    اتفقت الإمامية على أن من أنكر إمامة أحد من الأئمة وجحد ما أوجبه الله تعالى له من فروض الطاعة فهو كافر ضال مستحق للخلود في النار

    “Syi’ah Imamiyah (yang mengimani 12 imam) telah sepakat bahwa siapa yang mengingkari keimaman salah seorang imam Syi’ah dan menentang apa yang telah Allah wajibkan (menurut Syi’ah) untuk mentaati para imam maka ia kafir, sesat, pasti kekal di neraka.”

    2) ISIS Mengkafirkan dan Men-Thogut-kan Pemerintah, Syi’ah Juga Demikian

    Tokoh Syi’ah, Al-Kulaini dalam Al-Kafi (1/67) meriwayatkan dengan “sanad”nya dari Umar bin Hanzhalah, ia berkata:

    سألت أبا عبد الله عن رجلين من أصحابنا بينهما منازعة في دين أو ميراث تحاكما إلي السلطان وإلي القضاء أيحل ذلك؟ قال: من تحاكم إليهم بحق أو باطل فإنما تحاكما إلي الطاغوت ومايحكم له فإنما يأخذ سحتا وإن كان حقا ثابتا له لأنه أخذه بحكم الطاغوت

    “Aku bertanya kepada Abu Abdillah tentang dua orang sahabat kami yang berselisih dalam masalah hutang dan warisan, mereka berdua berhukum kepada pemerintah dan peradilan, apakah itu halal? Ia berkata: Barang siapa berhukum kepada mereka dengan kebenaran ataupun kebatilan maka ia telah berhukum kepada thagut. Dan apa saja yang dihukumi oleh penguasa baginya maka hakikatnya adalah kecurangan meskipun itu adalah memang haknya, karena ia telah mengambil hukum thagut.”

    3) Pemimpin Revolusi Syi’ah  Iran, Khomeini Membenarkan Ajaran Pengkafiran dan Pen-Thogut-an terhadap Penguasa

    Khomeini berkata dalam bukunya Al-Hukumah Al-Islamiyah (Pemerintahan Islam) hal. 74,

    الإمام نفسه ينهى عن الرجوع إلي السلاطين وقضاتهم ويعتبر الرجوع إليهم رجوعا إلي الطاغوت

    “Imam kita tersebut melarang untuk berhukum kepada para penguasa dan peradilan mereka, dan menganggap berhukum kepada mereka sama dengan berhukum kepada thagut.”

    4) Pemberontakan dan Pembunuhan

    Akal-akalan pengkafiran inilah yang menipu para pengikut mereka untuk mau mengangkat senjata menjatuhkan pemerintah yang sah dan membantai kaum muslimin yang telah dianggap kafir dan tidak mau mendukung mereka, inilah yang dulu terjadi di Iran (Revolusi Khomeini) dan saat ini di Iraq dan Syam (Revolusi ISIS). Haruskah kita menunggu terjadi di Indonesia…?!

    Itu sudah merupakan konsekuensi, setelah pengkafiran, maka yang dianggap kafir harus dibunuh, inilah ideologi mereka. Perhatikan nukilan dari kitab Syi’ah yang berjudul ‘Ilalusy Syaroi’ Ash-Shoduq hal. 326, bahwa dikatakan kepada Abu Abdillah,

    ما تقول في قتل الناصب، قال: حلال الدم لكني أتقي عليك فإن قدرت أن تقلب عليه حائطا أو تغرقه في ماء لكيلا يشهد به عليك فافعل

    “Apa pendapatmu tentang membunuh pembenci ahlul bait (menurut Syi’ah, pen)? Ia berkata: Halal darahnya (boleh dibunuh), akan tetapi aku mengkhawatirkanmu, maka jika engkau mampu untuk meruntuhkan tembok padanya atau menenggelamkannya di air agar ia tidak melihatmu, lakukanlah.”

    5) ISIS Telah Melakukan Pemberontakan dan Pembunuhan di Masa Ini, Syi’ah Pun Demikian

    Berapa banyak darah kaum muslimin di Suriah telah ditumpahkan oleh koalisi ISIS dan Syi’ah (Rezim Iran, Rezim Suriah dan Hizbullah Lebanon). Berapa banyak nyawa Ahlus Sunnah telah melayang di Iran sejak revolusi Syi’ah Khomeini. Dan memang penumpasan sudah menjadi ciri khas Syi’ah dari masa ke masa, bahkan merreka berencana untuk menghancurkan kakbah sejak dulu.

    Cucu Khomeini yang bernama Ahmad Al-Khomeini, pernah membongkar kejahatan kakeknya sendiri secara tidak sengaja dalam wawancara dengan koran Az-Zaman yang terbit di Iraq, no. 1623, tahun 2003. Ahmad Al-Khomeini menuturkan,

    كان هناك قرار إيراني سري بتهيئة الأجواء لإيقاف الحرب، ولهذا الغرض تم التخطيط لعدد من الإجراءات لصرف الأنظار وتوجيهها بعيدا عن العراق والحرب، فعمدوا إلي إرسال مواد متفجرة إلى السعودية، وإلى مكة المكرمة تحديدا (نحو خمسمائة كيلو غرام من هذه المواد) بإخفائها في حقائب الحجاج من دون علمهم  في كل حقيبة نصف كيلوغرام (TNT) وذلك لتفجير دار الحجاج الإيرانيين في مكة المكرمة

    “Iran telah merencanakan misi rahasia untuk menyiapkan situasi yang tepat dalam menghentikan peperangan (dengan Iraq), dan untuk rencana ini, telah dimatangkan beberapa operasi untuk mengalihkan perhatian dan mengarahkannya jauh dari Iraq dan perang, maka mereka sengaja mengirim bahan-bahan peledak ke Saudi Arabia, khususnya ke Makkah Al-Mukarromah, diantaranya terdapat sekitar 500 kg bahan peledak, dengan menyembunyikannya pada koper-koper jama’ah haji tanpa mereka ketahui, pada setiap koper terdapat ½ kg TNT untuk meledakkan perkemahan jamaah haji Iran di Makkah Al-Mukarramah.”[2]

    Innaa illaahi wa innaa ilaihi rooji’un, inilah ajaran Syi’ah yang sesungguhnya. Oleh karena itu ulama Salaf dahulu menganggap semua ahlul bid’ah adalah pemberontak.

    Imam Abu Qilabah rahimahullah berkata,

    ما ابتدع قوم بدعة إلا استحلوا فيها السيف

    “Tidaklah satu kaum berbuat bid’ah (mengada-ada dalam agama) kecuali mereka akan menghalalkan pedang dalam kebid’ahan itu.” [Asy-Syari’ah lil Aajurri: 203]

    Imam Ayyub As-Sikhtiyani rahimahullah menganggap ahlul bid’ah seluruhnya adalah Khawarij (pemberontak) dan beliau berkata,

    إن الخوارج اختلفوا في الاسم، واجتمعوا على السيف

    “Sesungguhnya kaum Khawarij (pemberontak) itu berbeda-beda namanya, namun bersatu di atas pedang.” [Syarhus Sunnah lil Baghawi, 10/233]

    Inilah diantara kesamaan ISIS dan Syi’ah, inilah cita-cita mereka, menguasai suatu negeri, meski dengan cara kekerasan.

    وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

    FansPage Website: Sofyan Chalid bin Idham Ruray [www.fb.com/sofyanruray.info]

    [1] Menentang pemerintah muslim hukumnya adalah haram, namun yang terjadi di Suriah adalah Ahlus Sunnah mempertahankan diri dari serangan pemerintah Basyar Asad yang berideologi Syi’ah yang kufur dan syirik

    [2] Dari web Difa’ anis Sunnah

    ============================
    reposting : http://sofyanruray.info/persamaan-antara-isis-dan-syiah-bantahan-terhadap-tokoh-syiah-indonesia-bag-1/

    Barokallohufiyk !